Indonesia adalah sebuah negeri yang dilimpahi bermacam
karunia, baik itu alamnya maupun manusianya. Lho, siapa bilang manusia
Indonesia itu buruk? Memang kebanyakan dari kita menganut paham bahwa manusia
Indonesia itu jelek dan buruk, atau tidak berpotensi. Padahal, manusia
Indonesia itu sangatlah luar biasa, lebih produktif, kreatif dan atraktif daripada manusia
negara lain.
Produk terbesar indonesia adalah manusianya, bukanlah
alamnya. Alamnya hanya sekadar penunjang keterpaduan Indonesia itu sendiri. Namun
kebanyakan kita malah memandangnya berbeda.
Saya akan tunjukkan salah satu produk Indonesia yang benar-benar bisa
dibanggakan, ialah Eka Gustiwana. Ia merupakan salah satu komposer muda
berbakat Indonesia. Hasil karyanya sudah banyak disaksikan oleh jutaan pasang
mata di seluruh dunia. Meskipun jarang memunculkan muka di layar kaca, namun di
situs streamming seperti Youtube, namanya sangatlah tersohor dan popular. Ia telah
menggugah bermacam-macam video compossing.
Uniknya, video-video tersebut berasal dari sebuah monolog atau dialog biasa. Ia
berhasil menciptakan keterpaduan harmonisasi dari monolog ataupun dialog
tersebut. Salah satu contoh videonya yang nge-top
adalah video Arya Wiguna. Dalam video tersebut, Eka sukses mengedit kemarahan
Arya menjadi sebuah video yang malah menghibur.
Bangsa Indonesia memiliki kelemahan, yaitu sulit untuk mengapresiasi
orang lain, namun sangat mudah untuk menjatuhkan orang lain. Parahnya, ketika
seseorang ingin maju, kita selalu berusaha mnejatuhkannya. Sama seperti Eka
tadi. Bakat alaminya dan kekreatifannya
tidak dihargai oleh bangsa ini. Kita hanya memandangnya sebagai “orang kurang
kerjaan”. Padahal di negara lain, orang seperti Eka ini sudah biasa menjadi
musisi terkenal dan difasilitasi, namun di Indonesia, tidak! Ironinya, negeri
ini hanya melihat kelebihan yang patut diapresiasi hanyalah dalam bidang-bidang
teknik, ekonomi dan seputarnya. Kita selalu memandang rendah seniman dan
pemahat. Sebagai contoh, ketika kita mengatakan kepada orang tua kita ingin
menjadi seniman, maka kebanyakan orang tua melarangnya dan memaksakan
kehendaknya di jalur keinginan mereka. Padahal di luar negeri, orang tua
mendukung dan memberikan fasilitas total untuk anaknya.
Abiyyu Fathin Derian
MA Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar