Setelah setahun tidak
bersua, akhirnya malam jum’at, tanggal 01 Agustus 2013, kami semua, beberapa
mungkin, kumpul kembali. Diawali dengan acara buka bersama yang agak kurang
terkonsep, namun terencana. Namun, semuanya itu terobati dengan kehangatan dan
keakraban kami semua.
Kami adalah kumpulan
anak-anak yang pernah mengenyam bangku SMP di SMP Muhammadiyah 01 Medan kelas
terpadu. Kelas terpadu terdiri dari 2 kelas, yakni terpadu 1 dan terpadu 2.
Jumlah kami keseluruhan jika digabung kira-kira sebanyak 70-an orang. Lumayan
banyak kan? Itu belum satu angkatan, lho.
Acara bubar memang
semacam menjadi agenda rutin tahunan (annual
event) dari kami yang sudah lulus dari 3 tahun yang lalu. Tentunya sekarang
kami sudah beranjak semakin dewasa yang ditandai dengan celana abu-abu yang
kami gunakan. Dan sekarang, tidak terasa kami hampir menyelesaikan masa putih
abu-abu ini. Ya, Insya Allah tahun depan, kami akan melenggang masuk menuju
universitas impian kami semua. Amin :D
Ya, acara bubar malam
jum’at kemarin terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Ini dikarenakan kami
melakukannya di tempat yang jauh dari rumah kami kebanyakan, hehe, beda dari
mana? Namun begitu, aku akui, view
dan suasana tempat kami bubar kemarin top markotop. Meskipun memang agak tinggi
harganya, namun hasil yang didapat berbanding lurus. Hehe.
Ketika dijadwalkan
untuk kumpul terlebih dahulu di sekolah kami dulu pukul 16.30 WIB, aku masih
berada di rumah. Ya, aku memang saat itu sedang menajaga rumah. Aku pn sempat
bingung dan khawatir aka terlambat. Tetapi seketika Latif menelepon, “Biyyu,
kalau mau, nanti bareng aja perginya. Naik mobil kita” ungkapnya. “Oh, boleh
juga, tep. Nanti kalau iya, kau hubungi aku ya” balasku. “Okok” tutupnya. Aku pun
sedikit tenang. Setidaknya ada teman telat. Haha.
Pukul lima pun telah
berlalu dan aku masih berada di rumah. Saat itu, aku sudah bersiap-siap untuk
pergi, seperti orang yang siap untuk dijemput bis sekolah, siap dan menunggu. Kutunggu-tunggu
telepon dari Latif, malah tidak muncul-muncul. Aku pun semakin resah dan
resahku bertambah ketika mengetahui kalau aku masih dalam keadaan “menjaga
rumah”. Pasrah pun melanda.
Selang beberapa menit,
pintu gerbang rumahku pun terbuka dan suara mobil masuk ke halaman rumahku. “Ayah
datang” pikirku. Aku pun senang karena bakalan diantar oleh ayahku. Ternyata benar.
Ketika ayahku masuk ke dalam rumah, ayahku pun langsung bersiap-siap sebentar. Pukul
17.45, aku pun langsung diantar oleh ayahku ke Desa-Desa, tempat bubarnya. Yee,
“Guys, aku datang” gumamku.
Pukul 18.00 WIB, aku
masih berada di jalan. Ya, waktu itu memang jalanannya sangat macet, karena
memang tujuanku kali ini adalah daerah rawan macet. Kecemasan kembali melanda. Namun
aku berusaha tenang dan sampai tepat waktu, sebelum buka puasa.
Setelah berjuang
melewati kemacetan yang lumayan parah, aku pun tiba di tempat pukul 18.35 WIB. Begitu
turun dari mobil, aku pun langsung bergegas masuk ke dalam rumah makan
tersebut. Langkah kupercepat agar tidak telat.
Seketikanya aku tiba
di dalam, aku pun mencari posisi duduk teman-temanku. Aku mencari namun tidak
ketemu. Akhirnya aku menunggu sebentar, sampai tak lama kemudian, seorang yang
kukenal datang mendekat ke arahku. Orangnya tinggi, kurus, tidak fashionable
dan dewasa. Aku pun langsung dapat mengenali orang tersebut. Ya, dia adalah
Reza, temanku ketika di SMP dulu. Dia memang orang yang dewasa sejak SMP. Aku pun
menyalaminya.
“Yang lainnya mana?”
bukanya. “Gak tau, aku nyari-nyari gak ketemu-ketemu” responku. “Wah, kacau
kali orang itu” tambahnya. “Haha, iya tuh” tambahku menimpali. Akhirnya kami
bertanya kepada pelayannya. Ternyata tampat duduk kami telah dipesan khusus
oleh Noni, temanku yang mengusahakan acara bubar kali ini. Aku dan Reza pun
kaget dan terpana. “Mantap kali si Nonik, ya ja?” kataku mengomentari. “Iya,
istimewa kali, bah!” Reza menyutujui.
Tempat duduk kami itu
berada di ruangan khusus bercat putih dengan 2 AC dan sebuah kipas angin besar.
Di sudut ruangan terdapat wastafel dan di sampingnya ada 2 buah panci makanan yang
diletak di atas meja. Di depan kipas angin tersusun meja dan kursi berbaris
panjang ke belakang yang terdiri dari sekitar 30 kursi. Di samping meja
tersebut, terpampang layar TV LCD dan beberapa alat soundsystem.
Aku pun duduk di salah
satu kursi dan Reza duduk di sebelahku. Beberapa saat mengobrol, akhirnya
beberap temanku datang juga secara bergerombol. Mereka datang dengan membawa
sepeda motor masing-masing dan berangkat dari SMP Muhammadiyah 1 secara
serentak. Kami pun bersalaman dan melepas rindu di ruangan yang mewah itu.
Tanpa kusadari, ternyata
waktu berbuka puasa telah tiba. Namun, waktu itu kami belum memesan makanan
ataupun minuman apapun. Tiba-tiba Reza membuka tas, dia baru pulang les, dan
mengeluarkan 2 botol Aqua baru. Dia memberikan aku 1 botol dan kami pun
membatalkan puasa kami. “Alhamdulillah” kataku selesai meneguk beberapa teguk
air tersebut. Setelah meminum, kami pun membagi kepada kawan-kawan yang lain
untuk membatalkan puasa mereka juga.
Selepas minum, kami
pun menuju ke musholla untuk menunaikan Shalat Maghrib. Shalat Maghrib kami
lakukan secara berjama’ah dan khidmat. Usai shalat, kami pun kembali ke ruangan
mewah tadi untuk ‘mengeksekusi’ makanan yang sudah menunggu.
Di meja telah
terhidang berbagai macam makanan dan minuman. Ada nasi, ayam bakar, rendang,
ikan goreng, udang dan maca-macam. Minumannya kami sehati, yakni the manis
dingin. Haha. Selain itu juga ada buah semangka yang telah dipotong-potong dan
sangat menggugah selera. Serta beberapa buah kurma dan bubur. Hmm, nikmat
sekali.
Tanpa banyak kata
lagi, kami pun langsung menyantap satu per satu makanan yang terhidang di
hadapan kami, memang kami sedang lapar, sih. Hehe. Aku memakan rendang plus
nasi yang di atasnya ditaburi bawang goreng dan beberapa sayur segar, seperti
timun, tomat, seledri dan bunga kol. Hmm, yummy. Nikmat sekali ditambah lapar
yang menggila. Haha. Makan pun kami lalui dengan berbagai senda gurau dan
cerita-cerita keakraban. Kehangatan yang sangat membuat hangat persahabatan
kami semua.
Selesai makan, kami
pun mengobrol macam-macam. Mulai dari masa-masa di SMP, rencana kuliah, tentang
suasana restorannya dan banyak lagi. Entah sampai jam berapa kami mengobrol di
ruangan tersebut, hingga seketika si Noni pun mengajak untuk karaokean, “Wee,
karaokean, yuk”. “Ayo, ayo. Langsung aja, nik” kataku bersemangat.
Tak lama kemudian, masuk
lah seorang pelayan ke dalam ruangan kami. Ia menuju tempat soundsystem di dekat meja kami dan
mengutak-atik beberapa saat. Aku baru tahu kalau soundsystem tadi ternyata adalah alat-alat karaoke. Kemudian pelayan
tadi memberikan kami mic serta keyboard dan mouse untuk memilih lagu yang kami inginkan. Kawan-kawan pun
langsung megetik judul lagu yang diinginkan. Lagu pertama ayng kami dendangakn
adalah lagunya Jason Mraz yang berjudul “I
won’t give up”.
Suasana pun buncah
oleh suara-suara merdu kami yang menggelegar. Kalau kata Syahrini “Cetar
membahana”. Haha. Lagu pertama sukses kam nyanyikan dengan skor sempurna, yakni
99. Yee,, suara emas gitu, loh. Haha. lagu demi lagu kami dendangkan dengan
penuh semangat dan ‘kegilaan’. Aku pun menggila. Di beberapa saat pas aku
nyanyi, aku mengganggu teman sebangkuku dulu, yakni Rifky Syahputra
Simanjuntak. Orangnya lucu dan mudah marah. Jadi enak banget diganggu. Haha.
Belasan lagu yang
dibawakan oleh penyanyi-penyanyi diva
ini pun telah sukses membuat suaraku serak. Haha. Aku pun hanyut dalam
kehebohan kami hingga aku melihat jam telah menunjukka angka 21.30 WIB. Wah,
gawat, udah malam, pikirku. Ayahku juga sudah berada di ajlan Dr. Mansur untuk
menjemputku. Haha. aku pun menyadarkan semuanya dan kami bersepakat untuk pulang.
Sebelum pulang, kami
setuju untuk berfoto-foto terlebih dahulu sebagai kenang-kenangan kami yang
mungkin belum tentu bisa bertemu lagi dalam waktu dekat ini. Kami meminta
tolong kepada pelayan di sana untuk mengambilkan beberapa gambar. Kami pun narsis
dan bergaya sepenuh hati. Haha. Seusai berfoto bersama, kami pun meninggalkan
lokasi dan pulang menuju rumah masing-masing. Teman-temanku pada membawa
kendaraan sendiri, hanya aku yang dijemput oleh ayahku. Aku pun pamit dan
langsung menuju ke dalam mobil.
Malam panjang yang
sangat bermakna bagiku yang memang jarang bertemu mereka, ya karena aku memang
bersekolah SMA di kota yang berbeda dengan mereka bersama Latif. Semoga kehebohan,
keakraban, kehangatan dan kegembiraan kami malam itu dapat membawa manfaat dan
terkenang hingga kami tiada kelak. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar