Dalam sila pertama Pancasila disebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang mengakui keberadaan seseorang dengan identitas agamanya. Orang yang tidak punya agama tidak akan diakui menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Ini berarti, kehidupan plural beragama - atau yang biasa disebut dengan pluralitas - di Indonesiaadalah hal yang pasti terjadi. Kehidupan tersebut bisa mengarah ke arah positif dan tidak sedikit juga yang mengarah ke arah negatif.
Idealnya,
kehidupan beragama itu tidak menimbulkan kerusuhan maupun permusuhan, tetapi
keharmonisan dan kedamaian. Tetapi faktanya, kehidupan beragama tersebut justru
menimbulkan konflik dan suasana kritis. Sekarang ini di Indonesia, jangankan
konflik antaragama, bahkan konflik sesama agama juga terjadi dan di sebagian
daerah berdampak kontinyu, artinya terus saja terjadi dan bahkan meningkat
setiap hari. Sebagai contoh kasus Syiah di Sampang. Konflik yang terjadi adalah
konfik sesama agama yang timbul karena perbedaan paham serta kelompok minoritas
yang terbentuk. Akibat dari konflik tersebut, banyak korban yang terluka akibat
dari buah intoleran masyarakat. Inilah kejadian riil dari proses kehidupan
jamak antarmasyarakat di Indonesia yang berbeda satu sama lain.
Pemuda
sebagai penerus dan pelangsung kehidupan di masa yang akan datang, ternyata
malah ikut andil dalam proses kehidupan plural yang tidak sesuai seperti yang
terjadi sekarang ini. Mereka yang masih “hijau” dijadikan sebagai alat bagi
para pelaku intoleran yang tidak menginginkan kehidupan plural tersebut untuk
menghancurkan dan memecahbelahkan antar umat beragama. Sebagai contoh banyak
dari pelaku bom bunuh diri di daerah-daerah adalah para pemuda yang moderat dan
dipengaruhi. Mereka diarahkan dan dibuat untuk menghindari kejamakan masyarakat
melalui hal-hal yang ditanamkan kepada mereka tersebut. Mereka menjadi korban
langsung dan sebagai pelaku tidak langsung dalam tindakan intoleransi beragama.
Kekuatan Besar Pemuda dalam
Mengobati Perilaku Intoleran Beragama
Jika
kita berbicara masalah pemuda, maka kita pasti tidak akan pernah lupa dengan
kata-kata legendaris dari Ir. Soekarno, yakni “Berikan aku 100 orang tua, maka akan kucabut Semeru dari akarnya,tapi
berikan aku 10 orang pemuda, maka akan kuguncang dunia.” Kata-kata ini
sungguh mengisyaratkan potensi besar pemuda. Pemuda itu selalu berpikir atau
berperilaku out of the box. Selain
itu, para pemuda itu gigih, kreatif dan fresh.
Mereka adalah potensi terbesar suatu negara. Sebagai contoh adalah ketika
para pemuda yang memaksa Ir. Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Selain itu, mereka juga berjuang melalui media-media yang tidak
bersinggungan langsung secara fisik, seperti jurnalistik, organisasi dan
kegiatan kepemudaan lainnya. Inilah beberapa hal yang membuat suatu bangsa itu
harus bangga memiliki pemuda-pemudi yang luar biasa.
1. Organisasi-Organisasi
yang Positif
Pemuda itu memang orang yang luar biasa. Mereka
mampu mengarahkan segenap diri mereka jika mereka sangat ingin akan sesuatu
tersebut. Dalam hal ini, hal-hal yang dapat dilakukan oleh para pemuda adalah
melalui kegiatan-kegiatan positif. Saat ini, para pemuda itu sedang berjuang
dalam pembangunan bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan organisasi-organisasi atau
gerakan para pemuda Indonesia yang mengarah kepada kepemimpinan dan peran
kebangsaan. Sebagai contoh, didirikannya Forum for Indonesia (FFI) oleh para
pemuda Indonesia. Organisasi ini didirikan khusus untuk membuka wadah bagi para
pemuda di seluruh Indonesia untuk menyalurkan bakatnya dalam kemajuan bangsa.
Masih banyak lagi contoh-contoh organisasi kepemudaan.
Organisasi atau gerakan mereka ini memberikan dampak
langsung bagi mereka para pemuda dalam memandang masalah intoleran beragama.
Kegiatan-kegiatan tersebut membuat para pemuda itu semakin memiliki perilaku
toleran dalam beragama karena mereka bergabung dalam satu tempat yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa dan agama. Ketika semakin sering mereka
berinteraksi, maka keharmonisan antar agama pasti akan tercapai.
2. Usaha
Mencari Beasiswa ke Luar Negeri
Hal berikutnya adalah kegiatan yang pada zaman ini
sedang popular. Ialah usaha mencari beasiswa ke luar negeri. Saat ini,
masyarakat Indonesia sudah semakin sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan.
Mereka akan terus mencari pendidikan terbaik bagi diri mereka. Para pemuda
sebagai komponen terbesar dalam kegiatan tersebut melakukan kegiatan ini guna
mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dan memanfaatkan ilmu mereka di negara
mereka kembali, Indonesia. Kita yakin bahwa jika kita berkeliling melintangi
dunia ini, maka ilmu dan pengalaman yang akan kita dapat akan jauh lebih besar
daripada tetap berpikir untuk berada di negeri sendiri saja.
Bentuk kegiatan yang satu ini akan
mempengaruhi perilaku toleran beragama para pemuda secara khusus dan masyarakat
pada umumnya melalui interaksi mereka kepada masyarakat asing. Sebagian besar
masyarakat asing di bagian Barat memiliki keyakinan yang berbeda dengan
masyarakat di bagian Timur, seperti Indonesia. Mereka akan menemui berbagai
macam bentuk ritual dan kegiatan-kegiatan umat agama lain di negara yang mereka
kunjungi. Hal ini akan membuat mereka semakin berperilaku toleran terhadap
agama lain karena mereka setiap hari bergulat dengan kehidupan yang berbeda
dengan mereka. Oleh karena itu, sebenarnya kegiatan mencari beasiswa ke luar
negeri merupakan salah satu usaha guna mendapatkan “pendidikan” khusus dalam
membentuk perilaku toleransi beragama.
3. Dunia
Tulis-Menulis yang Kritis
Kegiatan berikutnya yang dapat dialakukan para
pemuda untuk menciptakan kehidupan toleransi beragama adalah dunia yang sangat
khusus, yaitu dunia tulis-menulis atau jurnalistik. Mereka selalum menggunakan
semboyan “the word can change the world”.
Kegiatan ini dijadikan khusus oleh penulis karena dianggap memiliki
keunikan dan peran tersendiri dalam peran toleransi beragama.
Menulis memang merupakan kegiatan yang sudah tidak
asing lagi, dari mulai menulis diary
hingga menulis jurnal-jurnal dunia. Dan kita harus tahu bahwa tulisan-tulisan
tangan anak bangsa sangat banyak beredar luas, apalagi yang berkaitan dengan
kemajuan bangsa, dalam hal ini kehidupan toleransi beragama. Rata-rata aspek
Keaktifan Menulis peserta didik siklus I 87,65% dan siklus II naik menjadi
97,53%. Kegiatan tulis-menulis ini dapat memberikan kepada diri mereka sendiri
tentang kehidupan plural di negeri ini dan juga terhadap orang lain yang
membacanya.
Inilah
beberapa kegiatan menurut penulis yang menunjukkan kekuatan besar para pemuda,
terutama pemuda Indonesia dalam mengobati perilaku intoleran dalam beragama di
masyarakat.
Hubungan yang Harus Tetap Dipelihara
Media
sebagai pemeran utama dalam penyampai informasi juga harus bekerjasama dalam
meningkatkan keutuhan bangsa terutama dalam menciptakan perilaku toleransi
beragama. Berbagai informasi yang disajikan oleh media, baik cetak maupun
elektronik, sangat memberikan dampak bagi pembaca atau pendengarnya. Informasi
dapat membuat dampak positif bagi pendengarnya, maupun dampak negatif. Ini
terjadi karena berbagai tipe masyarakat dalam menanggapi informasi yang
diberikan. Namun jauh dari itu semua, peran terbesar tetap dipegang oleh media
sebagai pemberi informasi tersebut.
Saat
ini, banyak sekali kerusuhan-kerusuhan antar agama yang kita dapatkan dari
media-media. Diberitakan kekacauan dan kerusuhan di mana-mana yang berbasis
agama. Tidak jarang dari akibat tindakan itu menimbulkan korban. Media sebagai
informan aktif memiliki peran yang sangat besar akan kejadian-kejadian tersebut. Penulis yakin
bahwa berita-berita yang disampaikan oleh media tersebut dapat menjadi acuan
bagi pemerintah guna mengatasi secara langsung masalah agama tersebut. Dengan
dasar informasi dari media tersebut, pemerintah seharusnya dapat menjadikannya
sebagai sumber guna menyelidiki kasus-kasus konflik agama di daerah-daerah.
Tanpa adanay informasi dari media, maka pasti pemerintah tidak akan tahu apa yang
sebenarnya terjadi di daerah-daerah.
Kemudian,
tidak hanya itu saja peran besar media dalam mengatasi konflik agama. Media
dapat menyediakan cerita-cerita yang bisa memberikan dampak positif bagi
perilaku toleransi beragama. Sekarang ini, media lebih banyak menampilkan
sinetron-sinetron yang banyak mengandung unsur perendahan SARA. Hal ini
sebenarnya dapat membuat masyarakat beranggapan bahwa hal itu lumrah dan
wajar-wajar saja. Hal inilah yang seharusnya ditangani oleh para media-media
yang juga merupakan elemen bangsa ini. Penulis berharap media-media
menampailkan cerita-cerita yang dapat meningkatkan keutuhan bangsa dan
menghapuskan cerita-cerita yang dapat merenggangkan kautuhan bangsa, terutama
dalam hal beragama.
Dengan
seluruh potensi yang dimiliki oleh pemuda, maka perilaku intoleran beragama
pasti akan bisa teratasi dan tertanggulangi. Tidak akan ada lagi
kejadian-kejadian rusuh dan perang antar agama dengan memanfaatkan seluruh
potensi pemuda dan semua kegiatan positifnya. Bhinneka Tunggal Ika, pasti bisa!
Abiyyu Fathin Derian
Anak Panah dari MEDAN
0 komentar:
Posting Komentar