Indonesia adalah negara
nan indah berjuta alam. Terdiri dari berbagai jenis flora dan fauna
menjadikan Indonesia sebagai “Surga Dunia”.
Jumlah flora dan faunanya sangat banyak. Bahkan, 85 persen jenis flora dan
fauna yang ada di dunia, terdapat di Indonesia. Memiliki keanekaragaman hewani
dan hayati seharusnya dilestarikan untuk menyeimbangkan keadaan ekosistem.
Indonesia yang dikenal sebagai paru-paru dunia,
karena luas hutannya yang besar, yakni 128,6 juta hectar (ha), ternyata hampir
kehilangan jargon tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia setiap tahunnya
mengalami kehilangan hutan. Saat ini, Indonesia sudah kehilangan hutan seluas 8,8
juta hektar (ha). Kehilangan ini disebabkan oleh barbagai hal, diantaranya
penebangan liar (illegal logging),
kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia
gagal dalam melestarikan lingkungan, melalui keberadaan hutannya.
Hutan heterogen yang seharusnya menjadi rumah bagi
para hewan diubah menjadi hutan-hutan homogen yang sarat dengan unsure politik
dan keuntungan pribadi semata untuk memperkaya diri sendiri (loss-profit). Kebanyakan hutan-hutan
homogen di Indonesia adalah hutan kelapa sawit dan hutan pohon karet. Sebagian besar pengelola
hutan-hutan tersebut adalah pihak swasta.
Pihak swasta selalu mengedepankan keuntungan pribadi
daripada kenyamanan bersama. Pengubahan status hutan menjadi homogen akan
membuat ketidakstabilan ekosistem di alam, karena kehidupan para hewan dan
tumbuhan, secara tidak langsung, terganggu. Mereka juga membuang limbah-limbah
mereka sembarangan. Akhirnya, lingkunagn pun menjadi tercemar.
Tetapi jika kita tekusuri secara lebih mendalam, maka
sebenarnya akar permasalahan dari setiap kasus
lingkungan dan pengerusakan ekosistem selalu sama dari zaman dahulu hingga saat
ini. Hal yang dianggap sepele namun berdampak luas, yaitu permasalahan membuang
sampah sembarangan.
Bagi sebagian orang, atau bahkan banyak orang di
Indonesia, wacana membuang sampah sembarangan sebagai akar permasalahan
kerusakan lingkungan dianggap hanya omong kosong. Masyarakat yang mendapat
informasi untuk selalu membuang sampah pada tempatnya seakan-akan hanya
mengangguk tanpa tindakan nyata. Sebagian orang malah menutup mata dan
pendengarannya serta hatinya akan kasus tersebut. Mereka menilai bahwa hal itu
sudah biasa, jadi hampir semacam tradisi. Ini yang harus diubah oleh masyarakat
tentang pemahaman sampah.
Jika saja mereka melihat dengan hati mereka yang
paling dalam, maka mereka pasti akan sadar bahwa sebagian besar bencana alam
yang menimpa Indonesia disebabkan oleh tindakan mereka sendiri, yaitu membuang
sampah sembarangan. Ironisnya,
ketika bencana telah melanda, mereka malah menyalahkan pemerintah yang tidak
peduli akan keadaan lingkungan tinggal mereka. Padahal, mereka sendirilah
pelaku sekaligus korban dari perbuatan mereka sendiri.
Penyebab Hilangnya
Kesadaran akan Lingkungan
Kalau kita berbicara masalah pendidikan dan
penanaman nilai dasar atau karakter, maka sebenarnya kita semua sudah
mendapatkannya ketika kita masih menginjak sekolah dasar, atau bahkan ketika
kita duduk di bangku taman kanak-kanak (TK). Kita selalu diajarkan oleh bapak
dan ibu guru bahwa sampah itu adalah benda yang kotor, sehingga ia harus
dibuang pada tempatnya, karena jika kita membuangnya sembarangan, maka ia akan
menyebabkan limbah. Kalau begitu wajar jika banyak penebangan hutan. Ini
terjadi karena orang-orang mulai gerah tinggal di kota dan ingin mencari tempat
baru, melalui penggundulan
hutan.
Seiring beranjak dewasa, maka kita yang telah
mendapat pendidikan dasar tadi kaget akan realita yang terjadi di masyarakat.
Dalam benak mereka, sampah itu harus dibuang pada tempatnya, namun ia melihat
ternyata masyarakat tidak melakukannya. Atau bahkan orang tuanya sendiri pun
membuang sampah sembarangan. Akhirnya lama-kelamaan ia mencobanya juga dan
membuatnya menjadi terbiasa untuk membuang sampah sembarangan. Akhirnya
generasi pembuang sampah sembarangan pun bertambah jumlahnya.
Ironi memang jika kita mengetahui hal yang terjadi
sebenarnya adalah seperti kejadian di atas. Bagaimana mungkin kita bisa memberikan pendidikan
karakter kepada anak bangsa kalau ternyata bapak bangsanya (red: pemimpin)
tidak memiliki karakter yang diharapkan. Tapi, semua itu masih mungkin diubah,
tentunya tidak mudah, karena mengetahui bahwa praktek-praktek di lapangan
membuat kesulitan untuk melakukan perubahan itu sendiri.
Sederhana, Namun Sering
Dilupakan
Kemudian, ketika kita berbicara masalah solusi, maka
solusi yang paling jitu dalam menangani kerusakan alam dan lingkungan adalah
dengan menggalakkan peduli lingkunagn melalui tindakan yang paling kecil, yakni
kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Hal ini terlihat tidak mungkin bagi
sebagian orang, tetapi memang inilah jalan terbaiknya.
Dalam menyukseskan solusi di atas, maka komponen
yang bekerja tidak hanya satu atau dua saja, tetapi seluruh masyarakat
Indonesia. Jadi, dimulai dari masing-masing keluarga yang mempraktekkan
kebiasaan baik membuang sampah pada tempatnya, baik ketika mereka berlibur atau
ketika mereka berada di dalam rumah mereka sendiri. Hal ini dianggap efektif
karena memang pendidikan utama seorang anak itu sebenarnya ada di dalam
keluarga mereka sendiri.
Para guru juga bisa membantu menyukseskannya dengan
mewajibkannya untuk membawa sampah ketika pergi dan pulang sekolah untuk
dibuang pada tempatnya. Hal ini secara tidak langsung akan menanamkan kesadaran
dan kebiasaan kepada para siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
Jadi, selain dibekali ilmu teoritis, mereka juga dibekali ilmu praktis dan
kebiasaan.
Komponen lain yang juga harus bekerjasama adalah
pemerintah dan dinas setempat yang menyediakan sarana atau tempat untuk
membuang sampah, yaitu tong sampah di pinggir-pinggir jalan. Namun, tong sampah
itu tidak hanya sekadar tong biasa, tetapi pemerintah juga bisa memanfaatkan
seniman jalanan untuk menghias tong sampah agar menarik masyarakat, terutama
anak-anak kecil. Terkesan sepele namun dapat menumbuhkan kesadaran dan
kebiasaan secara tidak sengaja.
Kemudian, para wirausaha-wirausaha yang berkaitan
dengan sampah pada produk mereka juga berkontribusi melalui gambar-gambar
tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya di bugkus-bungkus produk
mereka. Ini juga akan membantu masyarakat untuk terbiasa membuang sampah pada
tempatnya.
Dari berbagai solusi yang penulis tawarkan di atas
sebenarnya hanya mengandung satu hal, yakni membuang sampah pada tempatnya
melalui berbagai media. Langkah
kecil seperti ini akan membuat lingkungan kita menjadi terjaga dan
terlestarikan. Jadi, ayo kita galakkan bersama “Hilang Sampahku, Bersih
Lingkunganku, Nyaman Negeriku!”
Abiyyu Fathin Derian
Anak Panah dari MEDAN
0 komentar:
Posting Komentar