Tanggal 10 Dzulhijjah, seluruh ummat Islam di dunia
melaksanakan rangkaian ibadah Idul Adha yang terdiri dari Shalat Id dan
diikuti penyembelihan hewan qurban sesuai perintah Allah dalam Surat
Al-Kautsar :1-3, yang berbunyi
{3}نَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ {1} فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ {2} إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah memberikanmu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membeci kamu dialah yang terputus. (Q.S. Al-Kautsar :1-3)
Dalam ayat tersebut, kita diperintakan untuk mendirikan shalat dan
melaksanakan penyembelihan hewan qurrban karena kita telah mendapat
nikmat yang begitu banyak dariAllah swt. Nah, ibadah penyembelihan yang
diperintahkan dalam ayat di atas adalah sebagai bentuk rasa syukur kita
kepada Allah swt.
Nah, namun dalam prktek penyembelihan hewan qurban itu sendiri,
khususnya di Indonesia yang notabene-nya sebagai penganut agama islam
terbanyak di dunia, dinilai mengandung banyak sekali unsur yang membuat
rasa syukur itu tadi jadi ternodai. Salah satu bentuk penodaan itu
adalah cara penyembalihan yang tidak sesuai dengan ruh Islam yaitu lemah
lembut dan penuh kasih sayang.
Jika kita mengenal bersama bahwa adanya "keperikemanusiaan", maka
sepatutnya lah kita harus mengetaui bahwa dalam "dunia kebinatangan" pun
dikenal juga istilah "keperibinatangan". Seperti hanya "perikemanusiaan
yang kita kenal adalah saling berusaha menjaga Hak Asasi Manusia(HAM)
satu sama lain, maka sama halnya dengan "keperibinatangan" yang dikenal
dalam "dunia keperibinatangan", yaitu saling menjaga hak-hak binatang.
Langsung masuk ke dalam contoh praktek saja. Apa yang kita rasakan
jika saudara, kerabat atau orang yang kita cintai dibunuh di hadapan
kita secara lagsung? Bagaimana respon kita? Nah, dasar-dasar pemikiran
inilah yang harus kita jadikan dasar yang sama dalam prosesi
penyembelihan hewan qurban yang kita lakukan selama ini, yang jika kita
kaitkan, maka praktek tersebut tidalklah sesuai denagn ruh kasih sayang
dan hak-hak binatang.
Selama ini ketika kita menyembelih hewan qurban, kita lupa bahwa
binatang juga punya hati. Meraka punya perasaan. Kita tidak
memperdulikan hal itu, malahan kita secara terang-terangan melakukan
pelanggaran "keperibinatangan" di hadapan binatang-binatang yang hendak
disembelih. Tidak hanya itu, bahkan sebelum kita sembelih hewan qurban
di depan hewan qurban lainnya, kita mengikat kakinya,lalu kita banting
hewan itu hingga terjatuh. Tidak cukup sampai di situ, setelah kakinya
diikat, lalu kita duduk di atas hewan itu seperti sedang melakukan
"pembantaian". Lalu, kita sembelih mereka. Dan sekejap kemudian, kita
mendengar "moo"-an atau "mbek"-an dari heawn qurban yang lainnya yang
belum disembelih dan harus menyaksikan "pembantaian" itu. Pernahkah kita
berpikir bahwa suara itu bukan hanya suara semata, tapi suara dari
"dunia binatang" yang melihat "kasus" pelanggaran "keperibinatangan"?
Kita tidak pernah berpkir, mungkin saja hewan yang bersuara tadi
menyakskan salah satu hewan yang dicintainya disembelih dan "dibantai",
mungkin bahkan adalah orang rua mereka. Coba kita rasakan jika kita yang
mengalaminya, apakah kita akan sanggu?Marilah teman, kita merenungi hal
"sepele" ini, karena islam jua mengajarkan kita untuk saling
asih-mengasihi kepada seluruh makhluk Allah, termasuk hewan qurban.
Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat Allah
berfirman: Di manakah orang-orang yang saling mencintai kerana
keagunganKu? Pada hari yang tiada naungan selain naunganKu ini, Aku
menaungi mereka dengan naunganKu”.
Wallahu A'lam Bish-showab
Minggu, 31 Maret 2013
Benarkah Kita Berqurban sesuai Al-Qur'an dan As Sunnah?
9:19 PM
No comments
Abiyyu Fathin Derian
Anak Panah dari MEDAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar