Kebutuhan
manusia selalu bertambah seiring dengan berkembangnya zaman dan IPTEK. Salah
satunya adalah internet. Hampir di seluruh lini kehidupan disentuh oleh
internet, seperti pendidikan, pembayaran gaji dan lain sebagainya. Semua sistem
yang bekerja di dunia ini sekarang berhubungan dengan internet.
Segala
sesuatu pasti memiliki dua sisi, yaknisisi positif dan sisi negatif. Tak
terkecuali internet yang mengan dung sisi positif dan sisi negatif. Penggunaan
kata negatif itu sendiri datang dari penyalahgunaan internet itu sendiri.
Banyak di antara kita ayng menyalahgunakannya. Oleh karena itu, tak ayal lagi
jika beberapa kelompok melihat internet dari sisi negatifnya saja.
Kalau
kita bisa memanfaatkan internet dengan sebaik-baiknya, maka kita akan dapat
mengambil berbagai manfaat yang ada di dalamnya yang begitu banyak. Daalm
tulisan kali ini, penulis akan membahas korelasi internet dengan bidang
pendidikan.
Jepang
merupakan negara yang paling baik dalam memanfaatkan kegunaan internet. Bahkan,
sekitar 90% para pelajarnya menggunakan internet untuk menambah wawasan,
mencari penyelesaian soal-soal dan membuat game.
Bahkan 70% ilmu yang didapatkan berasal dari internet. Hal ini berbanding
terbalik dengan pelajar Indonesia yang menggunakan internethanya dalam jejaring
sosial, tanpa menghasilkan karya. Seperti yang kita ketahui, Indonesia menjadi
negara kedua pengguna akun twitter terbanyak di dunia. Haruskah bangga atau
malah prihatin?
Seperti
yang kita ketahui, Jepang menjadi negara yang maju berkat Sumber Daya Manusia
(SDM)-nya yang berkualitas. SDM-nya itu menggunakan internet dengan maksimal.
Secara sederhana, internet dapat meningkatkan kualitas SDM melalui pemanfaatan
yang baik.
Selain
Jepang,negara-negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat, Jerman dan lain
sebagainya juga memanfaatkan dunia maya sebagai ajang mencari uang (red:
pekerjaan). Misalnya Bill Gates yang merupakan pendiri Microsoft. Penghasilan
yang ia dapat dari dunia maya sekitar $ 7,8 triliun pertahun. Dalam hitungan
detik, uang yang mengalir ke dalam rekening tabungannya sebesar ± Rp. 2,5 juta.
Hal ini tentu saja secara tidak langsung juga menghasilkan profit yang besar ke
dalam pemasukan negara itu sendiri.
Hal
sederhana ini ternyata belum dapat dimaksimalkan dengan baik oleh anak-anak
bangsa Indonesia. Padahal, akses internet sudah tersebar di mana-mana, dari
gedung-gedung perkantoran hingga di pinggiran jalan (hotspot). Bahkan saat ini, gedung-gedung baru yang hendak dibangun
memperhatikan penempatan hotspot.
Tidak
hanya itu, para provider juga berlomba-lomba menyediakan akses layanan internet
dalam kartu perdana di handphone (hp)
para pengguna. Berbagai macam akses gratis yang disediakan bagi rakyat. Akses
tersebut pun tak sulit kita jumpai di seluruh provider yang berada di
Indonesia. Bahkan, jika tidak memiliki akses layanan internet, maka para
pengguna tidak akan mau menggunakannya lagi. Oleh sebab itu, tren internet
lewat hp sudah menjadi standar penjualan produk baru.
Dimulai dari kelas
Problematika
di atas itu bersumber dari minimnya spirit mencari ilmu di mana saja. Akhirnya
para pelajar menilai internet hanya sebatas facebook
dan twitter. Di setiap tempat,
akan selalu dijumpai masyarakat yang berjalan sambil menunduk ke bawah dengan
hp berada di tangan. Dan dari keseluruhan pengguna internet di Indonesia,
jejaring sosial, khususnya facebook dan
twitter, menjadi pilihan seseorang dalam
menggunakan internet.
Kita
akui bahwa jejaring sosial tidak selalu berdampak negatif. Jejaring sosial dapat
menghubungkan kata dengan orang lain secara lebih mudah. Hanya saja, kebanyakan
masyarakat Indonesia menggunakannya untuk menghabis-habiskan waktu. Bahkan
beberapa di antaranya menggunakan jejaring sosial untuk berbuat kejahatan
kriminal (crime cyber).
Spirit
ini hilang di kalangan pelajar dikarenakan sistem pendidikan kita yang berbasis
ceramah. Dalam pembelajaran, siswa sering kali pasif dan menjadikan guru
sebagai sumber ilmu satu-satunya. Hal ini mengakibatkan rendahnya keingintahuan
siswa melalui sarana lain.
Selain
itu, kapabilitas guru dalam menyajikan informasi tambahan dari internet belum
memadai. Masih banyak tenaga pengajar yang belum melek teknologi. Mereka juga
masih mengandalkan metode tradisional. Selain itu, para pelajar juga tidak pernah
disarankan untuk membuka internet sebagai jembatan pengetahuan.
Tentunya
hal ini sangat kompleks mengingat banyak variabel dari pemberdayaan internet
dalam pembelajaran. Kita masih belum mau untuk mempelajari variabel-variabel
tersebut. Kita masih memandang sempit internet yang hanya
sebatas dunia hiburan tanpa pendidikan di dalamnya. Kita juga belum mampu
memanfaatkan fungsi internet secara totalitas.
Kesadaran yang terbuka
Kita
tidak bisa menyalahkan satu pihak dalam masalah ini, meskipun kebanyakan orang
mengganggap ini bukanlah sebuah masalah. Kita juga harus sadar akan posisi kita
sebagai pelajar yang juga sering alpa dalam perkembangan globalisasi yang
sangat cepat. Jika kita hanya menyalahkan satu pihak, maka masalah ini akan
terus ada sampai kapanpun.
Hal
sederhana yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan kesadaran (awareness)
akan pentingnya melek teknologi di era globalisasi ini melalui aktivitas
intelektual kita dalam hal bacaan. Sewajarnya lah jika kita sering membaca
informasi prestasi pelajar-pelajar lain agar kita keinginan kita agar seperti
mereka mendorong kita untuk mencari ilmu yang lebih luas, selain di bangku
sekolah.
Dengan
kesadaran dan rasa keingintahuan yang tinggi, maka para pelajar akan berusaha
mencari pengetahuan di mana-mana. Karena buku dianggap terlalu ribet dan bahasanya berat, maka internet
akan menjadi pilihan karena bahasanya lebih anak muda.
Selain
itu, dengan kesadaran yang tinggi pula, mereka akan membawanya di dalam kelas
mereka. Hal ini akan mendorong siswa-siswa lain dan pengajar untuk terpacu akan
keingintahuan kita. Kemudian, para siswa akan melakukan hal yang sama seperti
kita. Sedangkan tenaga pengajar lama-kelamaan akan mengubah sistem pengajaran
mereka di dalam kelas menjadi seorang fasilitator. Hal ini menimbulkan siswa
akan mencari pengetahuan tambahan di luar kelas.
Tentunya
denagn hal di atas, maka akan tercipta SDM yang berkualitas dan berkemajuan
yang dapat memajukan bangsa ini. Dalam pergaulannya, mereka akan mudah
berasimilasi dengan arus globalisasi. Ini tentu akan menjadi keuntungan bagi
negara Indonesia yang ingin menjadi negara maju.
Oleh
karena itu, dunia maya adalah pintu ilmu. Dengan melalui pintu, maka kita akan
lebih mudah masuk ke dalam ilmu tersebut tanpa hanya memandangnya melalui
jendela. Dan hal itu akan banyak sekali menimbulkan dampak positif kepada
berbagai hal.
0 komentar:
Posting Komentar