Indonesia
adalah negara besar yang memiliki begitu banyak potensi, baik itu potensi
sumber daya alam, mapun potensi sumber daya manusianya. Sebagai negara agraris
dengan jumlah pulau yang mencapai 1800-an pulau dan jumlah penduduknya yang
mencapai 230 jutaan, maka Indonesia seharusnya bisa menjadi negara yang maju.
Tetapi
kenyataannya sekarang berbeda. Jangankan menjadi negara maju, mempertahankan
eksistensi sebagai negara berkembang saja Indonesia mulai terlihat kesusahan.
Masih sangat banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal
dari sisi ekonomi, Indonesia termasuk negara dengan kondisi ekonomi paling
stabil di dunia, terutama di ASEAN. Inflasi yang terjadi di negara-negara maju
dan berkembang tidak mempengaruhi kondisi keuangan Indonesia. Ini menunjukkan
sebenarnya dalam masalah ekonomi, Indonesia sudah tidak perlu khawatir lagi.
Kondisi
ini semakin diperparah dengan kemunculan perusahaan-perusahaan asing yang
mengakibatkan Indonesia ketergantungan terhadapnya. Perusahaan dalam negeri pun
akhirnya menjadi mati. Contohnya saja perusahaan tambang emas asal USA, PT.
Freeport. Perusahaan yang berdomisili di Indonesia ini mengeksploitasi ‘gunung’
emas di Papua. Parahnya, Indonesia sendiri pun mendapatkan keuntungan dari
hasil tambang itu tidak lebih dari 2%. Fakta ini tentu saja menyayat bangsa
Indonesia sendiri.
Kalau
ada yang berkata Indonesia memiliki tenaga ahli yang kurang, maka saya katakan
dengan tegas, tidak! Sekarang ini, jumlah lulusan doktor maupun profesor dari
Indonesia semakin banyak. Tiap tahun, Indonesia mengirimkan putera-puterinya
yang jumlahnya ratusan ke luar negeri untuk menuntut ilmu. Namun, banyak di
antara mereka yang tidak kembali ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh minimnya
apresiasi dan fasilitas yang disediakan oleh bangsa Indonesia bagi anak
bangsanya.
Selain itu, faktor gaji juga
mempengaruhinya. Seorang pegawai
negeri sipil di bidang iptek hanya menerima Rp4 juta dalam gaji resmi,
sementara di negara lain pegawai di bidang yang sama bisa menerima Rp 80 juta
per bulan. Seorang profesor peneliti pun
hanya menghasilkan Rp 6 juta per bulan, angka
itu lebih rendah dari gaji seorang kepala sekolah dasar. Sebagai perbandingan,
seorang hakim atau petugas pajak di Indonesia bisa bergaji Rp 10 juta per
bulan.
Di
luar negeri, banyak anak-anak Indonesia yang dilirik untuk berpindah warga
negara karena potensi yang dimilikinya untuk membangun bangsa mereka. Namun,
Indonesia sebagai ‘orang tua’ dari anak-anak tersebut malah membiarkannya. Kita
bisa lihat contohnya, pak Habibie. Beliau adalah salah satu anak bangsa yang
potensial dan produktif. Tetapi karena ia merasa tidak dihargai di Indonesia,
maka ia memutuskan untuk tinggal di Jerman, meskpun tidak berpindah warga
negara.
Jadi,
kalau begitu kesimpulannya adalah bangsa Indonesia belum ‘siap’ menerima
kontribusi langsung dari tangan-tangan anak bangsa. Indonesia masih
menggantungakan nasibnya di tangan asing. Ini sebenarnya terjadi karena masih
banyak kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini,
sehingga anggaran yang seharusnya digunakan untuk fasilitas anak bangsa tidak
dapat digunakan dengan baik.
Indonesia
seharusnya berbenah diri guna menjadi negara yang mandiri. Hal ini sangat
penting, karena negara maju adalah negara yang mandiri dan bahkan dijadikan
tempat ‘mengadu’ oleh negara lain. Ketika Indonesia telah bisa mengurus dirinya
sendiri, maka pasti Indonesia juga bisa mengurusi negara lain. Tetapi jika
mengurusi dirinya sendiri saja Indonesia belum mampu, maka negara maju hanyalah
sebuah angan-angan. Kerena negara maju itu harus mampu mengayomi negara-negara
yang ada di sekitarnya.
Bagaimana
caranya menjadi bangsa yang mandiri? Salah satunya adalah sengan cara
memproduksi barang-barang secara mandiri dan mengedarkannya secara luas,
seperti mobil, pesawat dan lain sebagainya. Untuk telepon selular saja
indonesia maasih harus import, padahal telepon selular adalah barang primer di
Indonesia. Oleh karena itu, maka Indonesia membutuhkan ilmuwan-ilmuwan yang dapat
memandirikan Indonesia. Karena dalam bidang ini, Indonesia sangat tertinggal
dibandingkan negara-negara tetangganya.
Jumlah
ilmuwan Indonesia hanya 199 per satu juta
penduduk. Angka ini masih jauh tertinggal dengan Malaysia yang
berasio 503 per satu juta penduduk. Sementara di
Singapura mencapai 570 per satu juta penduduk. Bahkan Thailand saja 293 orang
per satu juta penduduk. Di bidang ekonomi
mungkin Indonesia masih boleh berbangga hati, namun di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), Indonesia seharusnya malu.
Manurut
data statistik, dari jumlah doktor yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu 30.000
doktor, 80% di antaranya merupakan doktor di bidang hukum, ekonomi dan ilmu
agama. Jumlah yang sangat kontras dengan ilmuwan Indonesia saat ini. Padahal, Indonesia
sangat membutuhkan ilmuwan IPTEK untuk memandirikannya.
Oleh
karena itulah, saya sebagai anak bangsa memiliki cita-cita untuk mengembangkan
dan mendayagunakan potensi ilmuwan Indonesia agar Indonesia dapat menjadi
negara maju. Saya yakin, jika anggaran yang ada dioptimalkan dengan
sebaik-baiknya, maka sebenarnya ilmuwan Indonesia pasti akan merasakan
kenyamanan.
Saya
ingin membangun sebuah laboratorium yang besar, seperti CERN di Swiss, sebagai
wadah bagi para ilmuwan-ilmuwan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) pun dapat bekerja sama agar fondasi dan wadah bagi ilmuwan Indonesia
terpenuhi.
Alasan
utama mengapa banyak ilmuwan Indonesia yang tidak kembali ke Indonesia adalah
karena di Indonesia sendiri, mereka tidak memiliki wadah yang sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki dan tuntutan peradaban. Ketika saya di masa depan
membangun sebuah laboratorium yang besar lengkap dengan peralatan-peralatan
yang canggih, maka saya yakin, akan banyak ilmuwan-ilmuwan indonesia yang akan kembali
ke Indonesia. Karena, Indonesia termasuk negara yang memiliki warga negara yang
nasionalismenya sangat kuat.
Hal
ini harusnya dimanfaatkan oleh Indonesia, karena memang untuk membuat suatu
negara itu menjadi negara maju memang ditentukan oleh warga negaranya. Jika
warga negaranya bagus, maka baguslah bangsa tersebut. Seperti kata Bung Karno,
kita harus Berdikari (Beridiri di atas Kaki Sendiri) yang makna sebenarnya
adalah mandiri. Jadi, jalan satu-satunya untuk membuat Indonesia maju adalah
dengan menjadi bangsa yang mandiri melalui pemanfaatan ilmuwan-ilmuwan yang
sudah ada dan yang akan terbentuk. Ini demi kebaikan bangsa Indonesia sendiri.
Oleh karena itu, mari kita galakkan semangat kemandirian melalui pemanfaatan
ilmuwan-ilmuwan Indonesia!
Oleh : Abiyyu Fathin Derian
Menuju Indonesia yang mandiri ~ Koq orangnya pada gk mandiri..
BalasHapusKarena terlalu terlena dengan kenikmatan semu yang diimpor dari negara lain :)
Hapusbener nih. Yang kurang itu nasionalisme dari bangsa ini. Gimana bangsa ini lebih bangga sama negara sendiri, kalau disetiap iklan tercantum 'asli dari german', 'langsung dari inggris'. Seakan-akan, mutu suatu barang lebih bagus kalau dari luar negeri.
BalasHapusSetuju banget! Padahal, kalau sitelusuri, kualitas SDM, SDA dan produk bangsa Indonesia tidak kalah kok dengan bangsa lain :)
HapusGreat ! .
BalasHapusnitip link yaa...
jodi04.blogspot.com
ilmuan kita emang pinter buanget diakui oleh dunia untuk menciptakan sesuatu. masalahnya pada mind set pemerintah gak menghargai cipta karya ilmuan so mereka berbondong-bondong keluar negeri dan mereka hanya terpaku pada akademisi saja mereka belum bisa menjualnya. janganlah terlalu mengharapkan dari pemerintah. tapi jual lah pada swasta yang asli Indonesia toh sama di jual ke orang indonesia dan yang pake kita sendiri juga syukur bisa ke luar negeri.
BalasHapusuntuk pengelolaan SDA kita emang melimpah. tetapi tenaga ahlinya kurang sebab udah di curi sama orang luar. buat swasta indonesia yang mau garap juga udah males duluan oleh birokrasi yang tetek benget bin ribet.
untuk jiwa nasionalis kalo kata ku dulu sih era 90an jarang banget film atau lagu tentang nasionalisme jadi pemuda sekarang tumbuh di era itu kurang mengerti tentang nasionalisme. karena media juga bisa mempengaruhi orang tentang suatu hal termasuk nasionalisme.
Iya, itu makanya, kita harus berjuang di bidang ilmu kita masing masing guna memajukan negara yang sangat Luar Biasa ini :D
Hapus