Tahun 2013 merupakan tahun politik bagi bangsa
Indonesia. Berbagai partai politik mulai melancarkan serangannya di berbagai
sektor guna mendapat dukungan pada pemilu 2014 kelak. Muncullah bermacam-macam
iklan politik, baik di layar kaca maupun di surat kabar ataupun di
spanduk-spanduk yang terkibar di pinggir jalanan raya. KPU pun mulai sibuk
menyiakan perhelatan akbar yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali itu. Para
bakal calon legislatif (bacaleg) pun mulai sibuk menginput data diri ke
KPU.
Tidak hanya para
politikus aktif saja yang sibuk menyongsong perhelatan akbar tersebut, rakyat
yang merupakan kunci utama dari lakon pemilu pun juga kelihatan sibuk,
menentukan ikut memilih atau golongan putih (golput). Ya, rakyat sudah mulai
menipis rasa kepercayaan dan memiliki dalam ikut serta di pemilu tersebut. Rakyat
merasa selalu dibohongi akan janji-janji manis para calon pemimpin negeri ini.
Ironisnya, janji-janji yang terlanjur, atau sengaja, terucapkan itu tidak pernah
terealisasi sesuai janjinya dulu. Mereka bahkan seakan-akan menafikan hal itu
dan besikap apatis akan janji-janji mereka dahulu. Akhirnya, tidak ada
kesejahteraan yang diadapat oleh rakyat sesuai janji mereka dulu. Rakyat kecewa
dan bersikap bermusuhan dalam panggung politik.
Ya, kita selalu
merasakan atmosfir kegagalan pemerintah yang selalu diutarakan oleh barbagai
elemen masyarakat. Memang, harus kita akui bahwa dalam beberapa, tidak semua,
hal pemerintah memegang tanggung jawab penuh di dalamnya. Tetapi, bukan berarti
kita yang berperan sebagai rakyat tidak bisa disalahkan atas kondisi negara
Indonesia saat ini yang tak kunjung mencapai kemerdekaan hakiki yang selalu
didambakan setiap warga Indonesia. Kita masih saja terlalu bersikap antipati
terhadap pemerintah, tanpa bermawas diri bahwa kita juga memegang peran yang
tak kalah pentingnya dalam kontribusi kepada negara ini.
Barcermin dari
negara-negara maju lainnya, maka kita dapat menelaah bahwa rakyatnya tidak
selalu menyalahkan pemerintah dalam berbagai hal. Mereka juga sadar bahwa
mereka adalah rakyat yang, seharusnya, dapat mengendalikan arah kemudi menuju
ke arah yang diinginkan. Pemerintah seharusnya hanya orang yang mengurusi tentang
birokrasi kenegaraan dan bertindak sebagai supervisor di dalam lakon
bernegara. Rakyatlah seharusnya lebih berperan aktif dalam sandiwara bernegara
dan berbangsa, bukan ditentukan oleh pemerintah semata-mata.
Singapura,
merupakan salah satu negara Asia yang termasuk katagori sebagai negara maju.
Negara ini hanya memiliki luas sekitar 710 km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 5,31 juta jiwa. Namun, dalam hal kualitas pemerintahan
dan rakyatnya, maka Singapura sudah tidak perlu diragukan lagi. Ayah saya
pernah mengunjungi Singapura bersama ibu saya dan adik saya yang berusia 3
tahun. Ketika sedang menaiki taksi di sana, adik saya itu berdiri di dalam
taksi, maklum anak kecil. Tetapi, tiba-tiba sang sopir langsung menyuruh duduk
adik saya tadi karena takut ditilang. Bahkan meludah di jalan raya pun akan
mendapatkan denda. Luar biasa, bukan?
Memang,
pemerintah yang baik dan kompeten sangat dibutuhkan, karena ialah yang akan
memayungi teras Indonesia dalam kancah pergulatan kenegaraan. Namun, lebih
dibutuhkan lagi rakyat yang cerdas , kritis dan kreatif, sehingga peraturan dan
kebijakan yang telah dirancang dengan sedemikian rupa oleh pemerintah dapat
dijalankan dengan sangat baik oleh rakyat. Tidak haya menjalankan, tetapi juga
mengembangkan, sehingga timbul negara yang maju. Negara yang sangat didambakan
rakyat Indonesia, dengan modal potensi alam yang luar biasa.
Dalam menyikapi
perhelatan akbar di tahun 2014 mendatang, maka seharusnyalah rakyat cerdas dan
aktif. Kedua sikap ini sangat dibutuhkan guna menghasilkan hasil yang
memuaskan, tidak kecewa. Rakyat yang berperan sebagai penentu, pemilih aktif, dalam
pemilu harus aktif dalam mengikuti perkembangan persiapan pemilu kelak, karena
menurut survei, 30-40 persen masyarakat indonesia belum atau bingung akan calon
yang bakal dipilihnya ketika berada di bilik suara. Ketika bingung, akhirnya
mereka memilih calon yang memang sudah memiliki nama, seperti artis. Akhirnya,
karena persiapan yang tidak matang, maka mereka merasakan kondisi yang tidak
menyejahterakan, lalu menyalahkan pemerintah yang mereka pilih sendiri. Tetapi,
ketika dilakukan dengan persiapan yang matang, aktif, maka Insya Allah tidak
aka terjadi kekecewaan dan penyalahan.
Selain aktif,
masyarakat juga harus cerdas. Ketika masyarakat hanya berpangku tangan menanti
hasil sempurna dari kepemimpinan pemerintah semata, maka angan-angan itu hanya
menjadi sebuah impian dalam kegundahan. Namun, jika masyarakat bisa melakukan
kreativitas sejalur dengan pemerintahan yang baik, maka pasti hasil yang
sempurna akan sangat mudah diraih. Ketika diterapkan peraturan, maka jalankan
dengan benar, lakukan dengan ikhlas dan resapi. Jadi, kerja keras pembuat
kebijakan pun akan terbayar tuntas dengan penyelenggaraan yang apresiatif.
Pemerintah
bekerja di ranahnya sebagai supervisor dan
pembuat kebijakan, serta penegak hukum. Kita sebagai rakyatnya juga
berkontribusi dengan tekun di bidang kita masing-masing. Seorang dokter, maka
ia harus benar-benar tekun dalam menjalankan pekerjaannya. Seorang tukang sapu
jalanan p[un, jika ia bekerja dengan optimal, maka jalanan di Indonesia pun
akan tampak nyaman dan indah, seperti negara maju lainnya. Begitu pula dengan
profesi yang lainnya. Apapun bidangmu maka lakukanlah dengan optimal dan
ikhlas. Karena, dengan begitu, kita dapat membangun Indonesia di segala bidang
dan tidak hanya mengandalkan peran penuh pemerintah dalam membangun negara
maju. Dengan ini pula, negara kita tidak lagi ‘dijajah’ secara perlahan melalui
penguasaan berbagai bidang oleh asing.
Hal inilah yang
sesungguhnya menggambarkan sifat-sifat nasionalisme dan patriotisme. Kita juga harus
berkaca dengan sejarah perjuangan masa lalu Indonesia. Perang fisik merupakan
pekerjaan tentara, TNI dulu TKR. Mereka yang meju di depan garis peperangan
denagn memegang kokoh senapan-senapan mereka, menghancurkan penjajah dengan
taktik geriliyanya. Di bidang diplomasi, maka ada pemerintah dan ahli-ahli
hubungan Internasional lainnya yang menanganinya. Dalam penyebaran informasi
kemerdekaan, maka kaum teknik di radio yang berkontibusi. Sehingga kemerdekaan
dari penjajahan bisa kita rasakan sekarang. Ini akibat peran rakyat di
masing-masing bidangnya.
Dengan
meneladani mental patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia zaman dahulu
yang tidak suka saling menyalahkan dan bahu membahu dalam membangun bangsa,
serta kehidupan negara-negara maju yang sangat kontributif, maka tidak dapat
diragukan lagi, Indonesia yang sejahtera serta maju akan dengan cepat
terealisasi. Jadi, siapapun pemimpin kita mendatang, kita haruslah menjadi
‘pahlawan’ di bidang kita masing-masing dengan kontribusi nyata (baca: kreatif)
menuju Indonesia yang maju dan sejahtera.
Hai abiyu. postingannya bagus dan mengisnpirasi. Salam alumni IYLP ya :) terus berkarya.
BalasHapusHai juga. :D Terima kasih ya. Oia, aku buka alumni ILYP, lho,, Hehehe :D
Hapuswih
BalasHapusbang abiyu webnya ada di google
gimana tuh caranya blogspot.com kita bisa ada di pencarian google bang ?