Sejak berdiri
pada tanggal 7 Agustus 1967, ASEAN telah menjadi wadah bagi 10 negara
anggotanya, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos,
Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam dan Myanmar. Melalui ASEAN, telah banyak
dibentuk dan dibuat bermacam komunitas dan perjanjian bilateral. Namun, hal itu
belum mampu meningkatkan kesejahteraan masing-masing anggota. Hal ini
dibuktikan dengan mayoritas dari negara anggota ASEAN masih menyandang predikat
sebagai “Negara Dunia Ketiga”, kecuali Singapura.
Mengintip
kepada negara barat, yakni Eropa, di sana mereka memiliki UNI EROPA yang
berfungsi sebagai ‘rumah’ yang menghimpun seluruh negara anggotanya. Mereka
percaya bahwa jika mereka bersatu, maka mereka akan menjadi kuat dan hal ini
juga akan berimplikasi kepada peningkatan kesejahteraan negara anggota
masing-masing. Mereka ingin membangun kekuatan yang solid di dunia. Guna memperlancar
visi, mereka melakukan misi yakni membuat satu mata uang kolektif, yaitu Euro.
Sampai saat ini, kedudukan Euro berada di peringkat kedua sebagai mata uang
terkuat setelah Poundsterling.
Atas dasar
itulah, pada tahun 2015, ASEAN akan membentuk sebuah program perhimpunan
seperti UNI EROPA yang bernama ASEAN Community 2015. Awalnya, pembentukan ASEAN
Community ini dicanangkan pada tahun 2020. Namun, melihat berbagai permasalahan
yang semakin kompleks dan pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat, maka
pembentukan ASEAN Community menjadi tahun 2015.
Tujuan ASEAN
Community 2015 adalah untuk menyejahterakan kehidupan warga negara anggota
ASEAN dan menjadikan ASEAN sebagai kekuatan dunia di bidang ekonomi, politik
dan sosial budaya. Untuk mencapai itu semua, maka ASEAN Community 2015 dibangun
atas 3 pilar utama, yakni Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN, Komunitas
Ekonomi ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
Salah satu hal
yang sangat mencolok dari terbentuknya ASEAN Community 2015 ini adalah akses
antarnegara anggota terbuka lebar tanpa hambatan. Dengan kata lain, terjadinya
pasar bebas di segala bidang. Ini artinya, antaranggota ASEAN dapat saling
masuk ke negara ASEAN lainnya untuk berinvestasi tanpa terkena pajak (bea)
dengan tetap meminta izin kepada negara bersangkutan. Investasi yang dapat
berupa pemasukan (impor) produk, pembangunan pabrik, penyaluran tenaga kerja
dan bahkan pembangunan universitas/sekolah sekalipun.
Pasar bebas
ini akan mempengaruhi berbagai macam kebijakan dan dinamika kehidupan negara di
daerah Asia Tenggara. Setiap negara akan berusaha meningkatkan kualitas
ekonomi, penguatan keamanan negara dan politik serta budaya masing-masing
negara. Hal ini akan merambah kepada penetapan peraturan baru hingga penyusunan
rancangan anggaran.
Dampak juga
akan dirasakan oleh para pengusaha, terutama pengusaha besar. Mereka akan
berlomba-lomba meningkatkan kualitas produksi dan pengusahaan ekspor. Mereka
harus bersaing dengan investor asing yang memiliki perusahaan-perusahaan dan
pengaruh besar. Persaingan tidak hanya menyangkut masalah modal mauoun
produksi, melainkan juga persaingan dalam menjaring tenaga kerja yang handal.
Mereka akan memilih tenaga-tenaga kerja yang handal yang berasal dari berbagai
negara ASEAN.
Persaingan di
bidang pendidikan pun tak terelakkan. Para lembaga pendidikan pasti akan
menyiapkan strategi agar dapat bersaing secara global. Hal ini dikarenakan
mereka dapat masuk ke negara lain tanpa bea, baik negeri maupun swasta. Kondisi
ini sangat mengkhawatirkan lembaga pendidikan di Indonesia yang tidak mampu
bersaing dengan universitas-universitas asing yang memiliki kualitas jauh di
atas Indonesia, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, baik dari segi
kurikulum maupun fasilitas. Oleh karena itu, peningkatan mutu menjadi harga
mati bagi lembaga pendidikan di Indonesia dalam rangka menyongsong ASEAN
Community 2015.
Peningkatan
mutu juga harus dilakukan kepada para pengajar. Sampai saat ini, jumlah
pengajar di Indonesia yang merupakan lulusan SMA sederajat sebesar 20% dari
total jumlah guru di Indonesia. Padahal di Singapura, siswa-siswi SD diampu
oleh lulusan S2. Ini menunjukkan masih rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) guru-guru di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan, maka ketika ASEAN
Community 2015, bukan mustahil Indonesia bakal mendatangkan guru dari luar
negeri. Tentunya hal ini harus diperbaiki.
Kedua komponen
di atas --- lembaga pendidikan dan guru --- sangat signifikan dampaknya bagi
pelajar/mahasiswa. Mereka akan berkualitas jika diampu oleh pengajar
profesional dan lembaga pendidikan yang berkompeten. Hal ini sangat penting
mengingat pada tahun 2020, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Ini adalah
kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah
penduduk usia tidak produktif dengan perbandingan 44 per 100. Maksudnya, 100
orang usia produktif menanggung 44 orang usia tidak produktif.
Kondisi
tersebut sangat menguntungkan bagi Indonesia karena Indonesia akan dipimpin
oleh orang-orang usia produktif. Penelitian menunjukkan bahwa negara yang
memiliki bonus demografi tidak akan lama lagi menjadi negara maju. Tentu saja
dengan catatan, orang-orang usia produktif adalah orang-orang yang dapat
diandalkan dan memiliki keahlian. Dengan kata lain, Indonesia akan segera
menjadi negara maju.
Keahlian dasar
yang wajib dimiliki adalah kemampuan berbahasa, baik bahasa Indonesia maupun
bahasa asing, dan keterampilan menggunakan komputer. Kedua hal tersebut
merupakan hal dasar yang akan ditemui di kehidupan sehari-hari kita, terutama
di dunia kerja kelak. Hal ini menjadi sangat urgen mengingat akan dibentuknya
ASEAN Community 2015 yang memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin
bekerja di negara ASEAN manapun. Ditambah lagi, di hampir seluruh negara ASEAN,
pelajaran Bahasa Indonesia telah dimasukkan ke dalam kurikulum dan diajarkan
kepada siswa-siswinya. Ini dilakukan agar mereka mampu masuk ke pasar Indonesia
yang memang memiliki posisi paling strategis untuk melakukan investasi di
daerah Asia Tenggara. Kalau kita tidak memiliki keahlian dasar, maka kita akan
menjadi budak di negeri sendiri.
Namun, kalau
kita memiliki keahlian dasar tersebut, maka kita akan menjadi tuan di rumah
sendiri. Bahkan tidak hanya itu, kita juga dapat menembus pasar Internasional
dan menguasai investasi di sana. Hal ini akan berdampak kepada kesejahteraan
bagi Indonesia. Inilah tentu yang diharapkan dari ASEAN Community 2015 bagi
Indonesia.
Generasi
penerus ini harus dididik dengan sungguh-sungguh agar ia dapat membangun bangsa
ini menjadi negara maju. Maka dari itu, sangat dibutuhkan andil para pengajar
untuk dapat mewujudkan itu semua. Dengan kata lain, para pengajar masa kini
juga merupakan penentu kehidupan bangsa di masa mendatang.
Intinya, dalam
rangka menyongsong ASEAN Community 2015, maka diperlukan penguatan di bidang
pendidikan. Ini dikarenakan pendidikan menjadi tonggak utama dalam rangka
membangun bangsa di masa mendatang. Dengan pilar yang kuat, maka bangsa yang
ditopang pun akan berdiri kokoh. Namun, jika pilarnya rapuh, maka bangsa yang
ditopang akan ambruk. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah kita bangun
bangsa ini melalui ASEAN Community 2015. Indonesia, bisa! Ayo kreatif demi
Indonesia!
0 komentar:
Posting Komentar