Sabtu, 20 Juli 2013

Siapa pun Pemerintahnya, Siapa Takut?


Tahun  2013 merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia. Berbagai partai politik mulai melancarkan serangannya di berbagai sektor guna mendapat dukungan pada pemilu 2014 kelak. Muncullah bermacam-macam iklan politik, baik di layar kaca maupun di surat kabar ataupun di spanduk-spanduk yang terkibar di pinggir jalanan raya. KPU pun mulai sibuk menyiakan perhelatan akbar yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali itu. Para bakal calon legislatif (bacaleg) pun mulai sibuk menginput data diri ke KPU.

Tidak hanya para politikus aktif saja yang sibuk menyongsong perhelatan akbar tersebut, rakyat yang merupakan kunci utama dari lakon pemilu pun juga kelihatan sibuk, menentukan ikut memilih atau golongan putih (golput). Ya, rakyat sudah mulai menipis rasa kepercayaan dan memiliki dalam ikut serta di pemilu tersebut. Rakyat merasa selalu dibohongi akan janji-janji manis para calon pemimpin negeri ini. Ironisnya, janji-janji yang terlanjur, atau sengaja, terucapkan itu tidak pernah terealisasi sesuai janjinya dulu. Mereka bahkan seakan-akan menafikan hal itu dan besikap apatis akan janji-janji mereka dahulu. Akhirnya, tidak ada kesejahteraan yang diadapat oleh rakyat sesuai janji mereka dulu. Rakyat kecewa dan bersikap bermusuhan dalam panggung politik.

Ya, kita selalu merasakan atmosfir kegagalan pemerintah yang selalu diutarakan oleh barbagai elemen masyarakat. Memang, harus kita akui bahwa dalam beberapa, tidak semua, hal pemerintah memegang tanggung jawab penuh di dalamnya. Tetapi, bukan berarti kita yang berperan sebagai rakyat tidak bisa disalahkan atas kondisi negara Indonesia saat ini yang tak kunjung mencapai kemerdekaan hakiki yang selalu didambakan setiap warga Indonesia. Kita masih saja terlalu bersikap antipati terhadap pemerintah, tanpa bermawas diri bahwa kita juga memegang peran yang tak kalah pentingnya dalam kontribusi kepada negara ini.

Barcermin dari negara-negara maju lainnya, maka kita dapat menelaah bahwa rakyatnya tidak selalu menyalahkan pemerintah dalam berbagai hal. Mereka juga sadar bahwa mereka adalah rakyat yang, seharusnya, dapat mengendalikan arah kemudi menuju ke arah yang diinginkan. Pemerintah seharusnya hanya orang yang mengurusi tentang birokrasi kenegaraan dan bertindak sebagai supervisor di dalam lakon bernegara. Rakyatlah seharusnya lebih berperan aktif dalam sandiwara bernegara dan berbangsa, bukan ditentukan oleh pemerintah semata-mata.

Singapura, merupakan salah satu negara Asia yang termasuk katagori sebagai negara maju. Negara ini hanya memiliki luas sekitar 710 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 5,31 juta jiwa. Namun, dalam hal kualitas pemerintahan dan rakyatnya, maka Singapura sudah tidak perlu diragukan lagi. Ayah saya pernah mengunjungi Singapura bersama ibu saya dan adik saya yang berusia 3 tahun. Ketika sedang menaiki taksi di sana, adik saya itu berdiri di dalam taksi, maklum anak kecil. Tetapi, tiba-tiba sang sopir langsung menyuruh duduk adik saya tadi karena takut ditilang. Bahkan meludah di jalan raya pun akan mendapatkan denda. Luar biasa, bukan?

Memang, pemerintah yang baik dan kompeten sangat dibutuhkan, karena ialah yang akan memayungi teras Indonesia dalam kancah pergulatan kenegaraan. Namun, lebih dibutuhkan lagi rakyat yang cerdas , kritis dan kreatif, sehingga peraturan dan kebijakan yang telah dirancang dengan sedemikian rupa oleh pemerintah dapat dijalankan dengan sangat baik oleh rakyat. Tidak haya menjalankan, tetapi juga mengembangkan, sehingga timbul negara yang maju. Negara yang sangat didambakan rakyat Indonesia, dengan modal potensi alam yang luar biasa.

Dalam menyikapi perhelatan akbar di tahun 2014 mendatang, maka seharusnyalah rakyat cerdas dan aktif. Kedua sikap ini sangat dibutuhkan guna menghasilkan hasil yang memuaskan, tidak kecewa. Rakyat yang berperan sebagai penentu, pemilih aktif, dalam pemilu harus aktif dalam mengikuti perkembangan persiapan pemilu kelak, karena menurut survei, 30-40 persen masyarakat indonesia belum atau bingung akan calon yang bakal dipilihnya ketika berada di bilik suara. Ketika bingung, akhirnya mereka memilih calon yang memang sudah memiliki nama, seperti artis. Akhirnya, karena persiapan yang tidak matang, maka mereka merasakan kondisi yang tidak menyejahterakan, lalu menyalahkan pemerintah yang mereka pilih sendiri. Tetapi, ketika dilakukan dengan persiapan yang matang, aktif, maka Insya Allah tidak aka terjadi kekecewaan dan penyalahan.

Selain aktif, masyarakat juga harus cerdas. Ketika masyarakat hanya berpangku tangan menanti hasil sempurna dari kepemimpinan pemerintah semata, maka angan-angan itu hanya menjadi sebuah impian dalam kegundahan. Namun, jika masyarakat bisa melakukan kreativitas sejalur dengan pemerintahan yang baik, maka pasti hasil yang sempurna akan sangat mudah diraih. Ketika diterapkan peraturan, maka jalankan dengan benar, lakukan dengan ikhlas dan resapi. Jadi, kerja keras pembuat kebijakan pun akan terbayar tuntas dengan penyelenggaraan yang apresiatif.

Pemerintah bekerja di ranahnya sebagai supervisor dan pembuat kebijakan, serta penegak hukum. Kita sebagai rakyatnya juga berkontribusi dengan tekun di bidang kita masing-masing. Seorang dokter, maka ia harus benar-benar tekun dalam menjalankan pekerjaannya. Seorang tukang sapu jalanan p[un, jika ia bekerja dengan optimal, maka jalanan di Indonesia pun akan tampak nyaman dan indah, seperti negara maju lainnya. Begitu pula dengan profesi yang lainnya. Apapun bidangmu maka lakukanlah dengan optimal dan ikhlas. Karena, dengan begitu, kita dapat membangun Indonesia di segala bidang dan tidak hanya mengandalkan peran penuh pemerintah dalam membangun negara maju. Dengan ini pula, negara kita tidak lagi ‘dijajah’ secara perlahan melalui penguasaan berbagai bidang oleh asing.

Hal inilah yang sesungguhnya menggambarkan sifat-sifat nasionalisme dan patriotisme. Kita juga harus berkaca dengan sejarah perjuangan masa lalu Indonesia. Perang fisik merupakan pekerjaan tentara, TNI dulu TKR. Mereka yang meju di depan garis peperangan denagn memegang kokoh senapan-senapan mereka, menghancurkan penjajah dengan taktik geriliyanya. Di bidang diplomasi, maka ada pemerintah dan ahli-ahli hubungan Internasional lainnya yang menanganinya. Dalam penyebaran informasi kemerdekaan, maka kaum teknik di radio yang berkontibusi. Sehingga kemerdekaan dari penjajahan bisa kita rasakan sekarang. Ini akibat peran rakyat di masing-masing bidangnya.

Dengan meneladani mental patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia zaman dahulu yang tidak suka saling menyalahkan dan bahu membahu dalam membangun bangsa, serta kehidupan negara-negara maju yang sangat kontributif, maka tidak dapat diragukan lagi, Indonesia yang sejahtera serta maju akan dengan cepat terealisasi. Jadi, siapapun pemimpin kita mendatang, kita haruslah menjadi ‘pahlawan’ di bidang kita masing-masing dengan kontribusi nyata (baca: kreatif) menuju Indonesia yang maju dan sejahtera.

3 komentar:

  1. Hai abiyu. postingannya bagus dan mengisnpirasi. Salam alumni IYLP ya :) terus berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai juga. :D Terima kasih ya. Oia, aku buka alumni ILYP, lho,, Hehehe :D

      Hapus
  2. wih
    bang abiyu webnya ada di google
    gimana tuh caranya blogspot.com kita bisa ada di pencarian google bang ?

    BalasHapus