Rabu, 20 Maret 2013

POTENSI PEMUDA DALAM MENGATASI PERILAKU INTOLERAN BERAGAMA


Dalam sila pertama Pancasila disebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang mengakui keberadaan seseorang dengan identitas agamanya. Orang yang tidak punya agama tidak akan diakui menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Ini berarti, kehidupan plural beragama - atau yang biasa disebut dengan pluralitas - di Indonesiaadalah hal yang pasti terjadi. Kehidupan tersebut bisa mengarah ke arah positif dan tidak sedikit juga yang mengarah ke arah negatif.

Idealnya, kehidupan beragama itu tidak menimbulkan kerusuhan maupun permusuhan, tetapi keharmonisan dan kedamaian. Tetapi faktanya, kehidupan beragama tersebut justru menimbulkan konflik dan suasana kritis. Sekarang ini di Indonesia, jangankan konflik antaragama, bahkan konflik sesama agama juga terjadi dan di sebagian daerah berdampak kontinyu, artinya terus saja terjadi dan bahkan meningkat setiap hari. Sebagai contoh kasus Syiah di Sampang. Konflik yang terjadi adalah konfik sesama agama yang timbul karena perbedaan paham serta kelompok minoritas yang terbentuk. Akibat dari konflik tersebut, banyak korban yang terluka akibat dari buah intoleran masyarakat. Inilah kejadian riil dari proses kehidupan jamak antarmasyarakat di Indonesia yang berbeda satu sama lain.

Pemuda sebagai penerus dan pelangsung kehidupan di masa yang akan datang, ternyata malah ikut andil dalam proses kehidupan plural yang tidak sesuai seperti yang terjadi sekarang ini. Mereka yang masih “hijau” dijadikan sebagai alat bagi para pelaku intoleran yang tidak menginginkan kehidupan plural tersebut untuk menghancurkan dan memecahbelahkan antar umat beragama. Sebagai contoh banyak dari pelaku bom bunuh diri di daerah-daerah adalah para pemuda yang moderat dan dipengaruhi. Mereka diarahkan dan dibuat untuk menghindari kejamakan masyarakat melalui hal-hal yang ditanamkan kepada mereka tersebut. Mereka menjadi korban langsung dan sebagai pelaku tidak langsung dalam tindakan intoleransi beragama.


Kekuatan Besar Pemuda dalam Mengobati Perilaku Intoleran Beragama

Jika kita berbicara masalah pemuda, maka kita pasti tidak akan pernah lupa dengan kata-kata legendaris dari Ir. Soekarno, yakni “Berikan aku 100 orang tua, maka akan kucabut Semeru dari akarnya,tapi berikan aku 10 orang pemuda, maka akan kuguncang dunia.” Kata-kata ini sungguh mengisyaratkan potensi besar pemuda. Pemuda itu selalu berpikir atau berperilaku out of the box. Selain itu, para pemuda itu gigih, kreatif dan fresh. Mereka adalah potensi terbesar suatu negara. Sebagai contoh adalah ketika para pemuda yang memaksa Ir. Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, mereka juga berjuang melalui media-media yang tidak bersinggungan langsung secara fisik, seperti jurnalistik, organisasi dan kegiatan kepemudaan lainnya. Inilah beberapa hal yang membuat suatu bangsa itu harus bangga memiliki pemuda-pemudi yang luar biasa.

1. Organisasi-Organisasi yang Positif

Pemuda itu memang orang yang luar biasa. Mereka mampu mengarahkan segenap diri mereka jika mereka sangat ingin akan sesuatu tersebut. Dalam hal ini, hal-hal yang dapat dilakukan oleh para pemuda adalah melalui kegiatan-kegiatan positif. Saat ini, para pemuda itu sedang berjuang dalam pembangunan bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan organisasi-organisasi atau gerakan para pemuda Indonesia yang mengarah kepada kepemimpinan dan peran kebangsaan. Sebagai contoh, didirikannya Forum for Indonesia (FFI) oleh para pemuda Indonesia. Organisasi ini didirikan khusus untuk membuka wadah bagi para pemuda di seluruh Indonesia untuk menyalurkan bakatnya dalam kemajuan bangsa. Masih banyak lagi contoh-contoh organisasi kepemudaan.

Organisasi atau gerakan mereka ini memberikan dampak langsung bagi mereka para pemuda dalam memandang masalah intoleran beragama. Kegiatan-kegiatan tersebut membuat para pemuda itu semakin memiliki perilaku toleran dalam beragama karena mereka bergabung dalam satu tempat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama. Ketika semakin sering mereka berinteraksi, maka keharmonisan antar agama pasti akan tercapai.


2. Usaha Mencari Beasiswa ke Luar Negeri

Hal berikutnya adalah kegiatan yang pada zaman ini sedang popular. Ialah usaha mencari beasiswa ke luar negeri. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah semakin sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan. Mereka akan terus mencari pendidikan terbaik bagi diri mereka. Para pemuda sebagai komponen terbesar dalam kegiatan tersebut melakukan kegiatan ini guna mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dan memanfaatkan ilmu mereka di negara mereka kembali, Indonesia. Kita yakin bahwa jika kita berkeliling melintangi dunia ini, maka ilmu dan pengalaman yang akan kita dapat akan jauh lebih besar daripada tetap berpikir untuk berada di negeri sendiri saja.

Bentuk kegiatan yang satu ini akan mempengaruhi perilaku toleran beragama para pemuda secara khusus dan masyarakat pada umumnya melalui interaksi mereka kepada masyarakat asing. Sebagian besar masyarakat asing di bagian Barat memiliki keyakinan yang berbeda dengan masyarakat di bagian Timur, seperti Indonesia. Mereka akan menemui berbagai macam bentuk ritual dan kegiatan-kegiatan umat agama lain di negara yang mereka kunjungi. Hal ini akan membuat mereka semakin berperilaku toleran terhadap agama lain karena mereka setiap hari bergulat dengan kehidupan yang berbeda dengan mereka. Oleh karena itu, sebenarnya kegiatan mencari beasiswa ke luar negeri merupakan salah satu usaha guna mendapatkan “pendidikan” khusus dalam membentuk perilaku toleransi beragama.


3. Dunia Tulis-Menulis yang Kritis

Kegiatan berikutnya yang dapat dialakukan para pemuda untuk menciptakan kehidupan toleransi beragama adalah dunia yang sangat khusus, yaitu dunia tulis-menulis atau jurnalistik. Mereka selalum menggunakan semboyan “the word can change the world”. Kegiatan ini dijadikan khusus oleh penulis karena dianggap memiliki keunikan dan peran tersendiri dalam peran toleransi beragama.

Menulis memang merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi, dari mulai menulis diary hingga menulis jurnal-jurnal dunia. Dan kita harus tahu bahwa tulisan-tulisan tangan anak bangsa sangat banyak beredar luas, apalagi yang berkaitan dengan kemajuan bangsa, dalam hal ini kehidupan toleransi beragama. Rata-rata aspek Keaktifan Menulis peserta didik siklus I 87,65% dan siklus II naik menjadi 97,53%. Kegiatan tulis-menulis ini dapat memberikan kepada diri mereka sendiri tentang kehidupan plural di negeri ini dan juga terhadap orang lain yang membacanya.

Inilah beberapa kegiatan menurut penulis yang menunjukkan kekuatan besar para pemuda, terutama pemuda Indonesia dalam mengobati perilaku intoleran dalam beragama di masyarakat.


Hubungan yang Harus Tetap Dipelihara

Media sebagai pemeran utama dalam penyampai informasi juga harus bekerjasama dalam meningkatkan keutuhan bangsa terutama dalam menciptakan perilaku toleransi beragama. Berbagai informasi yang disajikan oleh media, baik cetak maupun elektronik, sangat memberikan dampak bagi pembaca atau pendengarnya. Informasi dapat membuat dampak positif bagi pendengarnya, maupun dampak negatif. Ini terjadi karena berbagai tipe masyarakat dalam menanggapi informasi yang diberikan. Namun jauh dari itu semua, peran terbesar tetap dipegang oleh media sebagai pemberi informasi tersebut.

Saat ini, banyak sekali kerusuhan-kerusuhan antar agama yang kita dapatkan dari media-media. Diberitakan kekacauan dan kerusuhan di mana-mana yang berbasis agama. Tidak jarang dari akibat tindakan itu menimbulkan korban. Media sebagai informan aktif memiliki peran yang sangat besar akan  kejadian-kejadian tersebut. Penulis yakin bahwa berita-berita yang disampaikan oleh media tersebut dapat menjadi acuan bagi pemerintah guna mengatasi secara langsung masalah agama tersebut. Dengan dasar informasi dari media tersebut, pemerintah seharusnya dapat menjadikannya sebagai sumber guna menyelidiki kasus-kasus konflik agama di daerah-daerah. Tanpa adanay informasi dari media, maka pasti pemerintah tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di daerah-daerah.

Kemudian, tidak hanya itu saja peran besar media dalam mengatasi konflik agama. Media dapat menyediakan cerita-cerita yang bisa memberikan dampak positif bagi perilaku toleransi beragama. Sekarang ini, media lebih banyak menampilkan sinetron-sinetron yang banyak mengandung unsur perendahan SARA. Hal ini sebenarnya dapat membuat masyarakat beranggapan bahwa hal itu lumrah dan wajar-wajar saja. Hal inilah yang seharusnya ditangani oleh para media-media yang juga merupakan elemen bangsa ini. Penulis berharap media-media menampailkan cerita-cerita yang dapat meningkatkan keutuhan bangsa dan menghapuskan cerita-cerita yang dapat merenggangkan kautuhan bangsa, terutama dalam hal beragama.

Dengan seluruh potensi yang dimiliki oleh pemuda, maka perilaku intoleran beragama pasti akan bisa teratasi dan tertanggulangi. Tidak akan ada lagi kejadian-kejadian rusuh dan perang antar agama dengan memanfaatkan seluruh potensi pemuda dan semua kegiatan positifnya. Bhinneka Tunggal Ika, pasti bisa!





Abiyyu Fathin Derian
Anak Panah dari MEDAN

0 komentar:

Posting Komentar