Jumat, 02 Agustus 2013

Bubar yang Penuh Kenangan


Setelah setahun tidak bersua, akhirnya malam jum’at, tanggal 01 Agustus 2013, kami semua, beberapa mungkin, kumpul kembali. Diawali dengan acara buka bersama yang agak kurang terkonsep, namun terencana. Namun, semuanya itu terobati dengan kehangatan dan keakraban kami semua.


Kami adalah kumpulan anak-anak yang pernah mengenyam bangku SMP di SMP Muhammadiyah 01 Medan kelas terpadu. Kelas terpadu terdiri dari 2 kelas, yakni terpadu 1 dan terpadu 2. Jumlah kami keseluruhan jika digabung kira-kira sebanyak 70-an orang. Lumayan banyak kan? Itu belum satu angkatan, lho.

Acara bubar memang semacam menjadi agenda rutin tahunan (annual event) dari kami yang sudah lulus dari 3 tahun yang lalu. Tentunya sekarang kami sudah beranjak semakin dewasa yang ditandai dengan celana abu-abu yang kami gunakan. Dan sekarang, tidak terasa kami hampir menyelesaikan masa putih abu-abu ini. Ya, Insya Allah tahun depan, kami akan melenggang masuk menuju universitas impian kami semua. Amin :D
Ya, acara bubar malam jum’at kemarin terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Ini dikarenakan kami melakukannya di tempat yang jauh dari rumah kami kebanyakan, hehe, beda dari mana? Namun begitu, aku akui, view dan suasana tempat kami bubar kemarin top markotop. Meskipun memang agak tinggi harganya, namun hasil yang didapat berbanding lurus. Hehe.

Ketika dijadwalkan untuk kumpul terlebih dahulu di sekolah kami dulu pukul 16.30 WIB, aku masih berada di rumah. Ya, aku memang saat itu sedang menajaga rumah. Aku pn sempat bingung dan khawatir aka terlambat. Tetapi seketika Latif menelepon, “Biyyu, kalau mau, nanti bareng aja perginya. Naik mobil kita” ungkapnya. “Oh, boleh juga, tep. Nanti kalau iya, kau hubungi aku ya” balasku. “Okok” tutupnya. Aku pun sedikit tenang. Setidaknya ada teman telat. Haha.

Pukul lima pun telah berlalu dan aku masih berada di rumah. Saat itu, aku sudah bersiap-siap untuk pergi, seperti orang yang siap untuk dijemput bis sekolah, siap dan menunggu. Kutunggu-tunggu telepon dari Latif, malah tidak muncul-muncul. Aku pun semakin resah dan resahku bertambah ketika mengetahui kalau aku masih dalam keadaan “menjaga rumah”. Pasrah pun melanda.

Selang beberapa menit, pintu gerbang rumahku pun terbuka dan suara mobil masuk ke halaman rumahku. “Ayah datang” pikirku. Aku pun senang karena bakalan diantar oleh ayahku. Ternyata benar. Ketika ayahku masuk ke dalam rumah, ayahku pun langsung bersiap-siap sebentar. Pukul 17.45, aku pun langsung diantar oleh ayahku ke Desa-Desa, tempat bubarnya. Yee, “Guys, aku datang” gumamku.

Pukul 18.00 WIB, aku masih berada di jalan. Ya, waktu itu memang jalanannya sangat macet, karena memang tujuanku kali ini adalah daerah rawan macet. Kecemasan kembali melanda. Namun aku berusaha tenang dan sampai tepat waktu, sebelum buka puasa.

Setelah berjuang melewati kemacetan yang lumayan parah, aku pun tiba di tempat pukul 18.35 WIB. Begitu turun dari mobil, aku pun langsung bergegas masuk ke dalam rumah makan tersebut. Langkah kupercepat agar tidak telat.

Seketikanya aku tiba di dalam, aku pun mencari posisi duduk teman-temanku. Aku mencari namun tidak ketemu. Akhirnya aku menunggu sebentar, sampai tak lama kemudian, seorang yang kukenal datang mendekat ke arahku. Orangnya tinggi, kurus, tidak fashionable dan dewasa. Aku pun langsung dapat mengenali orang tersebut. Ya, dia adalah Reza, temanku ketika di SMP dulu. Dia memang orang yang dewasa sejak SMP. Aku pun menyalaminya.

“Yang lainnya mana?” bukanya. “Gak tau, aku nyari-nyari gak ketemu-ketemu” responku. “Wah, kacau kali orang itu” tambahnya. “Haha, iya tuh” tambahku menimpali. Akhirnya kami bertanya kepada pelayannya. Ternyata tampat duduk kami telah dipesan khusus oleh Noni, temanku yang mengusahakan acara bubar kali ini. Aku dan Reza pun kaget dan terpana. “Mantap kali si Nonik, ya ja?” kataku mengomentari. “Iya, istimewa kali, bah!” Reza menyutujui.

Tempat duduk kami itu berada di ruangan khusus bercat putih dengan 2 AC dan sebuah kipas angin besar. Di sudut ruangan terdapat wastafel dan di sampingnya ada 2 buah panci makanan yang diletak di atas meja. Di depan kipas angin tersusun meja dan kursi berbaris panjang ke belakang yang terdiri dari sekitar 30 kursi. Di samping meja tersebut, terpampang layar TV LCD dan beberapa alat soundsystem.

Aku pun duduk di salah satu kursi dan Reza duduk di sebelahku. Beberapa saat mengobrol, akhirnya beberap temanku datang juga secara bergerombol. Mereka datang dengan membawa sepeda motor masing-masing dan berangkat dari SMP Muhammadiyah 1 secara serentak. Kami pun bersalaman dan melepas rindu di ruangan yang mewah itu.

Tanpa kusadari, ternyata waktu berbuka puasa telah tiba. Namun, waktu itu kami belum memesan makanan ataupun minuman apapun. Tiba-tiba Reza membuka tas, dia baru pulang les, dan mengeluarkan 2 botol Aqua baru. Dia memberikan aku 1 botol dan kami pun membatalkan puasa kami. “Alhamdulillah” kataku selesai meneguk beberapa teguk air tersebut. Setelah meminum, kami pun membagi kepada kawan-kawan yang lain untuk membatalkan puasa mereka juga.

Selepas minum, kami pun menuju ke musholla untuk menunaikan Shalat Maghrib. Shalat Maghrib kami lakukan secara berjama’ah dan khidmat. Usai shalat, kami pun kembali ke ruangan mewah tadi untuk ‘mengeksekusi’ makanan yang sudah menunggu.

Di meja telah terhidang berbagai macam makanan dan minuman. Ada nasi, ayam bakar, rendang, ikan goreng, udang dan maca-macam. Minumannya kami sehati, yakni the manis dingin. Haha. Selain itu juga ada buah semangka yang telah dipotong-potong dan sangat menggugah selera. Serta beberapa buah kurma dan bubur. Hmm, nikmat sekali.

Tanpa banyak kata lagi, kami pun langsung menyantap satu per satu makanan yang terhidang di hadapan kami, memang kami sedang lapar, sih. Hehe. Aku memakan rendang plus nasi yang di atasnya ditaburi bawang goreng dan beberapa sayur segar, seperti timun, tomat, seledri dan bunga kol. Hmm, yummy. Nikmat sekali ditambah lapar yang menggila. Haha. Makan pun kami lalui dengan berbagai senda gurau dan cerita-cerita keakraban. Kehangatan yang sangat membuat hangat persahabatan kami semua.

Selesai makan, kami pun mengobrol macam-macam. Mulai dari masa-masa di SMP, rencana kuliah, tentang suasana restorannya dan banyak lagi. Entah sampai jam berapa kami mengobrol di ruangan tersebut, hingga seketika si Noni pun mengajak untuk karaokean, “Wee, karaokean, yuk”. “Ayo, ayo. Langsung aja, nik” kataku bersemangat.

Tak lama kemudian, masuk lah seorang pelayan ke dalam ruangan kami. Ia menuju tempat soundsystem di dekat meja kami dan mengutak-atik beberapa saat. Aku baru tahu kalau soundsystem tadi ternyata adalah alat-alat karaoke. Kemudian pelayan tadi memberikan kami mic serta keyboard dan mouse untuk memilih lagu yang kami inginkan. Kawan-kawan pun langsung megetik judul lagu yang diinginkan. Lagu pertama ayng kami dendangakn adalah lagunya Jason Mraz yang berjudul “I won’t give up”.

Suasana pun buncah oleh suara-suara merdu kami yang menggelegar. Kalau kata Syahrini “Cetar membahana”. Haha. Lagu pertama sukses kam nyanyikan dengan skor sempurna, yakni 99. Yee,, suara emas gitu, loh. Haha. lagu demi lagu kami dendangkan dengan penuh semangat dan ‘kegilaan’. Aku pun menggila. Di beberapa saat pas aku nyanyi, aku mengganggu teman sebangkuku dulu, yakni Rifky Syahputra Simanjuntak. Orangnya lucu dan mudah marah. Jadi enak banget diganggu. Haha.

Belasan lagu yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi diva ini pun telah sukses membuat suaraku serak. Haha. Aku pun hanyut dalam kehebohan kami hingga aku melihat jam telah menunjukka angka 21.30 WIB. Wah, gawat, udah malam, pikirku. Ayahku juga sudah berada di ajlan Dr. Mansur untuk menjemputku. Haha. aku pun menyadarkan semuanya dan kami bersepakat untuk pulang.

Sebelum pulang, kami setuju untuk berfoto-foto terlebih dahulu sebagai kenang-kenangan kami yang mungkin belum tentu bisa bertemu lagi dalam waktu dekat ini. Kami meminta tolong kepada pelayan di sana untuk mengambilkan beberapa gambar. Kami pun narsis dan bergaya sepenuh hati. Haha. Seusai berfoto bersama, kami pun meninggalkan lokasi dan pulang menuju rumah masing-masing. Teman-temanku pada membawa kendaraan sendiri, hanya aku yang dijemput oleh ayahku. Aku pun pamit dan langsung menuju ke dalam mobil.

Malam panjang yang sangat bermakna bagiku yang memang jarang bertemu mereka, ya karena aku memang bersekolah SMA di kota yang berbeda dengan mereka bersama Latif. Semoga kehebohan, keakraban, kehangatan dan kegembiraan kami malam itu dapat membawa manfaat dan terkenang hingga kami tiada kelak. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar