Senin, 01 April 2013

Hilangkah Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamin?


Tampaknya untuk beberapa tahun ke depan, lembaga KPK belum bisa membubarkan dirinya. Lihat saja kasus-kasus korupsi belakangan ini, bukannya berkurang malah bertambah. Bahkan data statistic menunjukkan posisi Indonesia berada di puncak klasemen sementara se-Asia Pasifik dengan predikat Negara terkorup.        
Bermacam-macam yang dikorupsi, mulai dari uang, hingga sapi. Ya, baru-baru ini terjadi kasus korupsi sapi impor yang dilakukan berbagai oknum, namun ternyata “kaptennya” adalah Luthfi Hasan Ishaq, eks. Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kalau dipikir-pikir lucu memang, ternyata sapi pun dijadikan korban, dan KPK menjadi penyelidik “pemeras” sapi.
Tetapi, ada hal yang janggal dari kasus korupsi di atas. Coba kita analisis bersama. Kasus korupsi ini terjadi di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk islam terbanyak di dunia. Ini artinya, seharusnya Islam secara tidak langsung memberikan beberapa pengaruh kepada Indonesia. Ternyata hal itu hanya julukan semata.

Hingga saat ini, hukum-hukum yang berlaku di Indonesia 90%-nya tidak bersesuaian dengan ajaran Islam. Bahkan banyak di antaranya yang bertentangan langsung dengan ajaran Islam. Ini menunjukkan betapa Islam hanya sebatas ritual semata di Negara Indonesia ini, tanpa bisa menunjukkan eksistensinya melalui nafasnya bagi Negara ini.

Kemudian jika kita lihat partai yang melakukan kasus korupsi tersebut, meskipun masih ada yang lain, maka kita akan sedikit terhenyak. Bagaimana tidak, partai yang mengaku berlandaskan Islam ternyata tidak sama sekali menerapkan ajaran Islam secara utuh. Inisial Islam hanya digunakan agar mendapatkan dukungan dari banyak pihak, yang mayoritas beragama Islam.

Para oknum yang terlibat pun ternyata adalah yang di KTP-nya bertuliskan “Islam”. Sebagai seorang Islam tentunya amalan-amalan di dalamnya harus lah dijalankan, mulai dari amalan ibadah maupun amalan social. Jika saja para oknum tersebut mengerjakan amalan-amalan Islam dengan sebenar-benarnya, maka saya jamin tidak akan pernah ada yang namanya praktik korupsi.

Mungkin yang digambarkan selama ini tentang Islam KTP itu benar. Sekarang, orang yang hidup beragama, Islam terutama, hanya mengganggap agama sebatas pengakuan semata. Ritual-ritual dan tuntunannya tidak lagi menjadi penting. Yang terpenting adalah mereka hidup, diakui dan ikut merayakan hari agung suatu agama.

Ironis memang, namun inilah kenyataan yang sedang terjadi di hadapan kita. Tidak ada lagi keikhlasan hati dan pikiran yang murni untuk menjalankan ajaran Islam secara utuh. Islam harusnya dapa menjadi stir dalam kehidupan ini. Dengan mengamalkan ajaran Islam secara utuh, maka kemaksiatan dan kezhaliman di Negara ini akan menjauh.

Berita-berita mengenai kasus-kasus korupsi di beberapa media membawa kepada fakta yang mengejutkan. Sebanayak 99% dari pelaku kasus korupsi yang sudah ditetapkan menjadi tersangka adalah orang Islam. Ini belum termasuk para pelaku yang belum diteapkan menjadi tersangka.

Tidak hanya itu, sebagian besar para pelaku korupsi tersebut adalah para anak bangsa yang masih terbilang muda dan potensial. Mereka berkisar di antara 30-40 tahun. Ini tentu saja menjadi catatan penting bagi bangsa ini akan nasib bangsanya di tangan para pelaku korupsi, yang masih terbilang muda.

Yang lebih memperparah keadaan adalah para pelaku korupsi tersebut merupakan pemerintah di berbagai jenjangnya. Kebanyakan motif dari kelakuan mereka adalah untuk mengembalikan modal yang sudah habis selama masa kampanye. Mereka lebih memikirkan kepentingan satu golongan daripada kemashlahatan umat, atau mungkin memang tidak peduli sama sekali?

Pepatah mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pepatah ini mungkin cocok untuk mengambarkan keadaan Indonesia saat ini. Para pemimpinnya saja sudah memberikan contoh perilaku yang tidak baik, seperti korupsi. Kalau begitu wajar jika bibit-bibit koruptor tertanam pada diri anak bangsa. Toh, kan sudah diberikan ‘teladan’ oleh pemimpinnya.

Tetapi, pertanyaan besar sekarang adalah apakah Islam telah kehilangan identitasnya sebagai agama rahmatan lil ‘alamin?

Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada agama yang lebih sempurna dan indah selain Islam. Hal ini juga sudah dimaktubkan di dalam al-Qur’an al-Karim. Dan Islam sendiri juga merupakan agama rahmatan lil ‘alamin.

Memang yang membuat sesuatu itu berubah adalah perbuatan pada penganutnya. Kalau penganutnya baik, maka baiklah citra agama tersebur. Namun jika penganutnya buruk, maka buruk pulalah agama tersebut. Kalau begitu, kasus-kasus korupsi yang terus terjadi beberapa waktu belakangan ini adalah kesalahan perbuiatan para penganutnya.

Kalau begitu, kita sebagai umat Islam harus mengubah keadaan ini agar Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin bisa bermanfaat bagi sekitarnya. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan kembali kepada Islam yang utuh melalui pembelajaran al-Qur’an dan as-Sunnah.


Abiyyu Fathin Derian
Anak Panah dari MEDAN

0 komentar:

Posting Komentar