Minggu, 31 Maret 2013

Benarkah Kita Berqurban sesuai Al-Qur'an dan As Sunnah?

Tanggal 10 Dzulhijjah, seluruh ummat Islam di dunia melaksanakan rangkaian ibadah Idul Adha yang terdiri dari Shalat Id dan diikuti penyembelihan hewan qurban sesuai perintah Allah dalam Surat Al-Kautsar :1-3, yang berbunyi

{3}نَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ {1} فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ {2} إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ 
Sesungguhnya Kami telah memberikanmu nikmat yang banyak.  Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membeci kamu dialah yang terputus. (Q.S. Al-Kautsar :1-3)


Dalam ayat tersebut, kita diperintakan untuk mendirikan shalat dan melaksanakan penyembelihan hewan qurrban karena kita telah mendapat nikmat yang begitu banyak dariAllah swt. Nah, ibadah penyembelihan yang diperintahkan dalam ayat di atas adalah sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah swt.

Nah, namun dalam prktek penyembelihan hewan qurban itu sendiri, khususnya di Indonesia yang notabene-nya sebagai penganut agama islam terbanyak di dunia, dinilai mengandung banyak sekali unsur yang membuat rasa syukur itu tadi jadi ternodai. Salah satu bentuk penodaan itu adalah cara penyembalihan yang tidak sesuai dengan ruh Islam yaitu lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Jika kita mengenal bersama bahwa adanya "keperikemanusiaan", maka sepatutnya lah kita harus mengetaui bahwa dalam "dunia kebinatangan" pun dikenal juga istilah "keperibinatangan". Seperti hanya "perikemanusiaan yang kita kenal adalah saling berusaha menjaga Hak Asasi Manusia(HAM) satu sama lain, maka sama halnya dengan "keperibinatangan" yang dikenal dalam "dunia keperibinatangan", yaitu saling menjaga hak-hak binatang.

Langsung masuk ke dalam contoh praktek saja. Apa yang kita rasakan jika saudara, kerabat atau orang yang kita cintai dibunuh di hadapan kita secara lagsung? Bagaimana respon kita? Nah, dasar-dasar pemikiran inilah yang harus kita jadikan dasar yang sama dalam prosesi penyembelihan hewan qurban yang kita lakukan selama ini, yang jika kita kaitkan, maka praktek tersebut tidalklah sesuai denagn ruh kasih sayang dan hak-hak binatang.

Selama ini ketika kita menyembelih hewan qurban, kita lupa bahwa binatang juga punya hati. Meraka punya perasaan. Kita tidak memperdulikan hal itu, malahan kita secara terang-terangan melakukan pelanggaran "keperibinatangan" di hadapan binatang-binatang yang hendak disembelih. Tidak hanya itu, bahkan sebelum kita sembelih hewan qurban di depan hewan qurban lainnya, kita mengikat kakinya,lalu kita banting hewan itu hingga terjatuh. Tidak cukup sampai di situ, setelah kakinya diikat, lalu kita duduk di atas hewan itu seperti sedang melakukan "pembantaian". Lalu, kita sembelih mereka. Dan sekejap kemudian, kita mendengar "moo"-an atau "mbek"-an dari heawn qurban yang lainnya yang belum disembelih dan harus menyaksikan "pembantaian" itu. Pernahkah kita berpikir bahwa suara itu bukan hanya suara semata, tapi suara dari "dunia binatang" yang melihat "kasus" pelanggaran "keperibinatangan"? Kita tidak pernah berpkir, mungkin saja hewan yang bersuara tadi menyakskan salah satu hewan yang dicintainya disembelih dan "dibantai", mungkin bahkan adalah orang rua mereka. Coba kita rasakan jika kita yang mengalaminya, apakah kita akan sanggu?Marilah teman, kita merenungi hal "sepele" ini, karena islam jua mengajarkan kita untuk saling asih-mengasihi kepada seluruh makhluk Allah, termasuk hewan qurban.

Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat Allah berfirman: Di manakah orang-orang yang saling mencintai kerana keagunganKu? Pada hari yang tiada naungan selain naunganKu ini, Aku menaungi mereka dengan naunganKu”. 

Wallahu A'lam Bish-showab

Abiyyu Fathin Derian
Anak Panah dari MEDAN

0 komentar:

Posting Komentar