Jumat, 14 Juni 2013

DUNIA MAYA MEMBAWA PERUBAHAN PERADABAN


Kebutuhan manusia selalu bertambah seiring dengan berkembangnya zaman dan IPTEK. Salah satunya adalah internet. Hampir di seluruh lini kehidupan disentuh oleh internet, seperti pendidikan, pembayaran gaji dan lain sebagainya. Semua sistem yang bekerja di dunia ini sekarang berhubungan dengan internet.

Segala sesuatu pasti memiliki dua sisi, yaknisisi positif dan sisi negatif. Tak terkecuali internet yang mengan dung sisi positif dan sisi negatif. Penggunaan kata negatif itu sendiri datang dari penyalahgunaan internet itu sendiri. Banyak di antara kita ayng menyalahgunakannya. Oleh karena itu, tak ayal lagi jika beberapa kelompok melihat internet dari sisi negatifnya saja.


Kalau kita bisa memanfaatkan internet dengan sebaik-baiknya, maka kita akan dapat mengambil berbagai manfaat yang ada di dalamnya yang begitu banyak. Daalm tulisan kali ini, penulis akan membahas korelasi internet dengan bidang pendidikan.

Jepang merupakan negara yang paling baik dalam memanfaatkan kegunaan internet. Bahkan, sekitar 90% para pelajarnya menggunakan internet untuk menambah wawasan, mencari penyelesaian soal-soal dan membuat game. Bahkan 70% ilmu yang didapatkan berasal dari internet. Hal ini berbanding terbalik dengan pelajar Indonesia yang menggunakan internethanya dalam jejaring sosial, tanpa menghasilkan karya. Seperti yang kita ketahui, Indonesia menjadi negara kedua pengguna akun twitter terbanyak di dunia. Haruskah bangga atau malah prihatin?

Seperti yang kita ketahui, Jepang menjadi negara yang maju berkat Sumber Daya Manusia (SDM)-nya yang berkualitas. SDM-nya itu menggunakan internet dengan maksimal. Secara sederhana, internet dapat meningkatkan kualitas SDM melalui pemanfaatan yang baik.

Selain Jepang,negara-negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat, Jerman dan lain sebagainya juga memanfaatkan dunia maya sebagai ajang mencari uang (red: pekerjaan). Misalnya Bill Gates yang merupakan pendiri Microsoft. Penghasilan yang ia dapat dari dunia maya sekitar $ 7,8 triliun pertahun. Dalam hitungan detik, uang yang mengalir ke dalam rekening tabungannya sebesar ± Rp. 2,5 juta. Hal ini tentu saja secara tidak langsung juga menghasilkan profit yang besar ke dalam pemasukan negara itu sendiri.
Hal sederhana ini ternyata belum dapat dimaksimalkan dengan baik oleh anak-anak bangsa Indonesia. Padahal, akses internet sudah tersebar di mana-mana, dari gedung-gedung perkantoran hingga di pinggiran jalan (hotspot). Bahkan saat ini, gedung-gedung baru yang hendak dibangun memperhatikan penempatan hotspot.

Tidak hanya itu, para provider juga berlomba-lomba menyediakan akses layanan internet dalam kartu perdana di handphone (hp) para pengguna. Berbagai macam akses gratis yang disediakan bagi rakyat. Akses tersebut pun tak sulit kita jumpai di seluruh provider yang berada di Indonesia. Bahkan, jika tidak memiliki akses layanan internet, maka para pengguna tidak akan mau menggunakannya lagi. Oleh sebab itu, tren internet lewat hp sudah menjadi standar penjualan produk baru.


Dimulai dari kelas

Problematika di atas itu bersumber dari minimnya spirit mencari ilmu di mana saja. Akhirnya para pelajar menilai internet hanya sebatas facebook dan twitter. Di setiap tempat, akan selalu dijumpai masyarakat yang berjalan sambil menunduk ke bawah dengan hp berada di tangan. Dan dari keseluruhan pengguna internet di Indonesia, jejaring sosial, khususnya facebook dan  twitter, menjadi pilihan seseorang dalam menggunakan internet.

Kita akui bahwa jejaring sosial tidak selalu berdampak negatif. Jejaring sosial dapat menghubungkan kata dengan orang lain secara lebih mudah. Hanya saja, kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakannya untuk menghabis-habiskan waktu. Bahkan beberapa di antaranya menggunakan jejaring sosial untuk berbuat kejahatan kriminal (crime cyber).

Spirit ini hilang di kalangan pelajar dikarenakan sistem pendidikan kita yang berbasis ceramah. Dalam pembelajaran, siswa sering kali pasif dan menjadikan guru sebagai sumber ilmu satu-satunya. Hal ini mengakibatkan rendahnya keingintahuan siswa melalui sarana lain.

Selain itu, kapabilitas guru dalam menyajikan informasi tambahan dari internet belum memadai. Masih banyak tenaga pengajar yang belum melek teknologi. Mereka juga masih mengandalkan metode tradisional. Selain itu, para pelajar juga tidak pernah disarankan untuk membuka internet sebagai jembatan pengetahuan.
Tentunya hal ini sangat kompleks mengingat banyak variabel dari pemberdayaan internet dalam pembelajaran. Kita masih belum mau untuk mempelajari variabel-variabel tersebut. Kita masih memandang sempit internet yang hanya sebatas dunia hiburan tanpa pendidikan di dalamnya. Kita juga belum mampu memanfaatkan fungsi internet secara totalitas.


Kesadaran yang terbuka

Kita tidak bisa menyalahkan satu pihak dalam masalah ini, meskipun kebanyakan orang mengganggap ini bukanlah sebuah masalah. Kita juga harus sadar akan posisi kita sebagai pelajar yang juga sering alpa dalam perkembangan globalisasi yang sangat cepat. Jika kita hanya menyalahkan satu pihak, maka masalah ini akan terus ada sampai kapanpun.

Hal sederhana yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) akan pentingnya melek teknologi di era globalisasi ini melalui aktivitas intelektual kita dalam hal bacaan. Sewajarnya lah jika kita sering membaca informasi prestasi pelajar-pelajar lain agar kita keinginan kita agar seperti mereka mendorong kita untuk mencari ilmu yang lebih luas, selain di bangku sekolah.

Dengan kesadaran dan rasa keingintahuan yang tinggi, maka para pelajar akan berusaha mencari pengetahuan di mana-mana. Karena buku dianggap terlalu ribet dan bahasanya berat, maka internet akan menjadi pilihan karena bahasanya lebih anak muda.

Selain itu, dengan kesadaran yang tinggi pula, mereka akan membawanya di dalam kelas mereka. Hal ini akan mendorong siswa-siswa lain dan pengajar untuk terpacu akan keingintahuan kita. Kemudian, para siswa akan melakukan hal yang sama seperti kita. Sedangkan tenaga pengajar lama-kelamaan akan mengubah sistem pengajaran mereka di dalam kelas menjadi seorang fasilitator. Hal ini menimbulkan siswa akan mencari pengetahuan tambahan di luar kelas.

Tentunya denagn hal di atas, maka akan tercipta SDM yang berkualitas dan berkemajuan yang dapat memajukan bangsa ini. Dalam pergaulannya, mereka akan mudah berasimilasi dengan arus globalisasi. Ini tentu akan menjadi keuntungan bagi negara Indonesia yang ingin menjadi negara maju.

Oleh karena itu, dunia maya adalah pintu ilmu. Dengan melalui pintu, maka kita akan lebih mudah masuk ke dalam ilmu tersebut tanpa hanya memandangnya melalui jendela. Dan hal itu akan banyak sekali menimbulkan dampak positif kepada berbagai hal.

0 komentar:

Posting Komentar