Kamis, 21 Maret 2013

SINERGI PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN CINTA LINGKUNGAN

Indonesia adalah negara nan indah berjuta alam. Terdiri  dari berbagai jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai “Surga Dunia”. Jumlah flora dan faunanya sangat banyak. Bahkan, 85 persen jenis flora dan fauna yang ada di dunia, terdapat di Indonesia. Memiliki keanekaragaman hewani dan hayati seharusnya dilestarikan untuk menyeimbangkan keadaan ekosistem.

Indonesia yang dikenal sebagai paru-paru dunia, karena luas hutannya yang besar, yakni 128,6 juta hectar (ha), ternyata hampir kehilangan jargon tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia setiap tahunnya mengalami kehilangan hutan. Saat ini, Indonesia sudah kehilangan hutan seluas 8,8 juta hektar (ha). Kehilangan ini disebabkan oleh barbagai hal, diantaranya penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia gagal dalam melestarikan lingkungan, melalui keberadaan hutannya.

Hutan heterogen yang seharusnya menjadi rumah bagi para hewan diubah menjadi hutan-hutan homogen yang sarat dengan unsure politik dan keuntungan pribadi semata untuk memperkaya diri sendiri (loss-profit). Kebanyakan hutan-hutan homogen di Indonesia adalah hutan kelapa sawit dan hutan pohon karet. Sebagian besar pengelola hutan-hutan tersebut adalah pihak swasta.

Pihak swasta selalu mengedepankan keuntungan pribadi daripada kenyamanan bersama. Pengubahan status hutan menjadi homogen akan membuat ketidakstabilan ekosistem di alam, karena kehidupan para hewan dan tumbuhan, secara tidak langsung, terganggu. Mereka juga membuang limbah-limbah mereka sembarangan. Akhirnya, lingkunagn pun menjadi tercemar.

Tetapi jika kita tekusuri secara lebih mendalam, maka sebenarnya akar permasalahan dari setiap kasus lingkungan dan pengerusakan ekosistem selalu sama dari zaman dahulu hingga saat ini. Hal yang dianggap sepele namun berdampak luas, yaitu permasalahan membuang sampah sembarangan.
Bagi sebagian orang, atau bahkan banyak orang di Indonesia, wacana membuang sampah sembarangan sebagai akar permasalahan kerusakan lingkungan dianggap hanya omong kosong. Masyarakat yang mendapat informasi untuk selalu membuang sampah pada tempatnya seakan-akan hanya mengangguk tanpa tindakan nyata. Sebagian orang malah menutup mata dan pendengarannya serta hatinya akan kasus tersebut. Mereka menilai bahwa hal itu sudah biasa, jadi hampir semacam tradisi. Ini yang harus diubah oleh masyarakat tentang pemahaman sampah.

Jika saja mereka melihat dengan hati mereka yang paling dalam, maka mereka pasti akan sadar bahwa sebagian besar bencana alam yang menimpa Indonesia disebabkan oleh tindakan mereka sendiri, yaitu membuang sampah sembarangan. Ironisnya, ketika bencana telah melanda, mereka malah menyalahkan pemerintah yang tidak peduli akan keadaan lingkungan tinggal mereka. Padahal, mereka sendirilah pelaku sekaligus korban dari perbuatan mereka sendiri.


Penyebab Hilangnya Kesadaran akan Lingkungan           
                                                    
Kalau kita berbicara masalah pendidikan dan penanaman nilai dasar atau karakter, maka sebenarnya kita semua sudah mendapatkannya ketika kita masih menginjak sekolah dasar, atau bahkan ketika kita duduk di bangku taman kanak-kanak (TK). Kita selalu diajarkan oleh bapak dan ibu guru bahwa sampah itu adalah benda yang kotor, sehingga ia harus dibuang pada tempatnya, karena jika kita membuangnya sembarangan, maka ia akan menyebabkan limbah. Kalau begitu wajar jika banyak penebangan hutan. Ini terjadi karena orang-orang mulai gerah tinggal di kota dan ingin mencari tempat baru, melalui penggundulan hutan.

Seiring beranjak dewasa, maka kita yang telah mendapat pendidikan dasar tadi kaget akan realita yang terjadi di masyarakat. Dalam benak mereka, sampah itu harus dibuang pada tempatnya, namun ia melihat ternyata masyarakat tidak melakukannya. Atau bahkan orang tuanya sendiri pun membuang sampah sembarangan. Akhirnya lama-kelamaan ia mencobanya juga dan membuatnya menjadi terbiasa untuk membuang sampah sembarangan. Akhirnya generasi pembuang sampah sembarangan pun bertambah jumlahnya.

Ironi memang jika kita mengetahui hal yang terjadi sebenarnya adalah seperti kejadian di atas. Bagaimana mungkin kita bisa memberikan pendidikan karakter kepada anak bangsa kalau ternyata bapak bangsanya (red: pemimpin) tidak memiliki karakter yang diharapkan. Tapi, semua itu masih mungkin diubah, tentunya tidak mudah, karena mengetahui bahwa praktek-praktek di lapangan membuat kesulitan untuk melakukan perubahan itu sendiri.


Sederhana, Namun Sering Dilupakan

Kemudian, ketika kita berbicara masalah solusi, maka solusi yang paling jitu dalam menangani kerusakan alam dan lingkungan adalah dengan menggalakkan peduli lingkunagn melalui tindakan yang paling kecil, yakni kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Hal ini terlihat tidak mungkin bagi sebagian orang, tetapi memang inilah jalan terbaiknya.

Dalam menyukseskan solusi di atas, maka komponen yang bekerja tidak hanya satu atau dua saja, tetapi seluruh masyarakat Indonesia. Jadi, dimulai dari masing-masing keluarga yang mempraktekkan kebiasaan baik membuang sampah pada tempatnya, baik ketika mereka berlibur atau ketika mereka berada di dalam rumah mereka sendiri. Hal ini dianggap efektif karena memang pendidikan utama seorang anak itu sebenarnya ada di dalam keluarga mereka sendiri.

Para guru juga bisa membantu menyukseskannya dengan mewajibkannya untuk membawa sampah ketika pergi dan pulang sekolah untuk dibuang pada tempatnya. Hal ini secara tidak langsung akan menanamkan kesadaran dan kebiasaan kepada para siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Jadi, selain dibekali ilmu teoritis, mereka juga dibekali ilmu praktis dan kebiasaan.

Komponen lain yang juga harus bekerjasama adalah pemerintah dan dinas setempat yang menyediakan sarana atau tempat untuk membuang sampah, yaitu tong sampah di pinggir-pinggir jalan. Namun, tong sampah itu tidak hanya sekadar tong biasa, tetapi pemerintah juga bisa memanfaatkan seniman jalanan untuk menghias tong sampah agar menarik masyarakat, terutama anak-anak kecil. Terkesan sepele namun dapat menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan secara tidak sengaja.

Kemudian, para wirausaha-wirausaha yang berkaitan dengan sampah pada produk mereka juga berkontribusi melalui gambar-gambar tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya di bugkus-bungkus produk mereka. Ini juga akan membantu masyarakat untuk terbiasa membuang sampah pada tempatnya.

Dari berbagai solusi yang penulis tawarkan di atas sebenarnya hanya mengandung satu hal, yakni membuang sampah pada tempatnya melalui berbagai media. Langkah kecil seperti ini akan membuat lingkungan kita menjadi terjaga dan terlestarikan. Jadi, ayo kita galakkan bersama “Hilang Sampahku, Bersih Lingkunganku, Nyaman Negeriku!” 


Abiyyu Fathin Derian 
Anak Panah dari MEDAN



0 komentar:

Posting Komentar